Author: Ikbal Haming
-

Kolaborasi untuk Mimpi: Catatan Gelar Wicara Literasi
Delapan puluh tahun lalu, ketika Indonesia baru merdeka, tahun 1945, hampir 90% rakyat kita buta huruf. Hanya segelintir orang yang mampu membaca dan menulis, merekalah yang terpilih, para elite, beberapa di antaranya founding father/mother. Bapak ibu bangsa kita. Tak cukup seratus tahun, menurut data terbaru, tersisa 0,93 % atau sekitar 3 juta orang yang belum…
-

Yang Hilang dari Kurikulum Kita
Saya masih ingat betul hari itu. Sebelas anak duduk di depan saya, berjejer kurang rapi. Ada yang menatap lantai, lainnya gelisah duduk di kursi, menggosok-gosok pantatnya yang tidak gatal, seolah di sana ada kupon undian. “Ada yang sudah bisa membaca?” Saya bertanya seraya menulis di papan tulis. Satu anak mengangkat tangan. A, B, C, D,…
-

Demo Buruh dan Lima Tanda Kemenangan Locher
Langsung saja. Sebab tulisan ini agak panjang. Sudah lama tak ada kabar tentang demo buruh, tidak di jalanan kota, tidak di media cetak, tidak pula di dunia maya. Hening. Isu buruh seolah tenggelam. Dan kita hanya bisa menerka-nerka bagaimana nasib mereka hari ini. Apakah tuntutan mereka sudah terpenuhi? Atau justru sebaliknya. Seorang kawan bertanya perihal…
-

Demo Buruh: Belajar Berpihak dari Seekor Semut
Dulu, dulu sekali, di tempat nun jauh, di tanah para nabi, ada sebuah kisah yang terus hidup dalam ingatan banyak orang. Ketika Nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrud, api besar menyala-nyala, melahap kayu bakar yang menumpuk tinggi, seolah bumi akan hangus karenanya. Semua makhluk ketakutan. Tak ada yang berani mendekat. Namun, di antara kerumunan itu,…
-

Tafsir Kiri Pemikiran Cak Nur atas Demo Buruh
Ah, saya lupa (lagi). Akhir bulan lalu, 29 Agustus 2025 adalah tepat 20 tahun Nurcholish Madjid—akrab disapa Cak Nur—berpulang. Sebulan sebelumnya, saya beberapa kali mengecek tanggal pasti wafatnya, guna menyiapkan tulisan, demi mengenang salah satu masinis pemikir pembaharuan Islam di Indonesia ini. Saya baru ingat lagi, setelah menatap lemari buku, mata saya tetiba tertuju pada…
-

Desa, Penghidupan, dan Perubahan Iklim: Delapan Kisah, Satu Pertanyaan
Pernah datang sebuah masa, ladang dan sawah adalah segalanya. Bagi kami orang desa, di sanalah harapan tumbuh, warisan diteruskan, hasrat hidup dalam kebersahajaan terus dipelihara. Kini, orang-orang meninggalkan desa dengan dalih kesejahteraan dan pendidikan. Ironisnya, kata Puthut EA dalam Corona, Desa, dan Negara, dalam proses pembangunan di negeri ini, desa terus menerus diperas oleh negara.…
-

MPLS: Hangatnya Hari Pertama Sekolah dan Dinginnya Kebijakan Negara
Akhirnya, Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) selesai. Tiga hari lamanya, anak-anak baru di sekolah kami, berdatangan seperti salju yang jatuh dari langit. Begitu putih dan suci. Ada yang riang menenteng tas baru dan seragam wangi setrika. Ada pula yang menempel lekat di perut ibunya laiknya anak kanguru Australia. Begitulah pemandangan lumrah di hari pertama sekolah,…
-

Mengantar Anak ke Sekolah: Siri’ na Pacce Seorang Ayah
Sejujurnya, saya sangsi bahwa ayah—yang sering saya panggil dengan Aji—pernah mengantar saya semasa SD ke sekolah. Sejauh memori ini saya gali, sekali pun tidak pernah. Bukan karena terlalu sibuk, apatahlagi karena tidak peduli, tapi mungkin baginya tidak ada hal yang benar-benar perlu dipusingkan. Saya bersekolah di kampung sendiri, di sana teman-teman saya banyak, juga ada…
-

Ruang Sadar Pendidikan: Dari Ruang Kelas ke Medan Gagasan
Tempo hari, di lantai tiga Perpustakaan Daerah Bantaeng, Ustaz Kamaruddin menyodorkan saya sebuah buku. Sampulnya hitam kebiruan, dengan siluet kepala manusia yang diisi dengan gambar rak buku. Kombinasi keduanya seolah menekankan pentingnya pendidikan dalam membentuk kesadaran dan identitas, senafas dengan tajuk bukunya, Ruang Sadar Pendidikan. Menerima sebuah buku sejak dulu selalu membahagiakan, apatahlagi lagi jika…
-

Sekolah Biasa Saja: Dari Taman, ke Barak, Hingga ke Salam
Akhirnya, di siang hari yang suam, kala orang-orang sibuk meluruskan tulang belakangnya yang ringkih selepas bekerja, kurir tiba di depan rumah, mengetuk pintu, pelan sekali. Ia membawa paket berisi dua buah buku terbitan Insist Press. Saya menerima dengan riang, laiknya seorang anak yang baru saja mendapat mainan baru. Saya melepas bungkus plastik, membuka salah satu…
