Author: Irham Al-Hurr

  • Kampung Buloa Dulu, Kini, dan Nanti

    Kampung Buloa Dulu, Kini, dan Nanti

    Sudikah harus meninggalkan permukiman, kampung mereka? Buloa, perkampungan yang tidak begitu sering didengar oleh orang luar Kelurahan Ereng-Ereng, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng.  Kampung Buloa berasal dari kata bulo dalam bahasa Makassar yang berarti bambu . Jika melihat dari arti kata bambu, bisa dilihat makna dari Kampung Buloa, berarti rumpun atau bisa disebut sebagai keluarga. Yah,…

  • Bupati yang Disandera, Buruh yang Dikhianati

    Bupati yang Disandera, Buruh yang Dikhianati

    Senin, 1 September 2025.SBIPE-KIBA turun ke jalan lagi. Jalan, yang mestinya jadi urat nadi ekonomi, dipaksa jadi ruang sidang terbuka. Karena di kantor-kantor resmi, suara buruh hanya jadi gema. Bupati Bantaeng hadir. Duduk di kursi tertinggi daerah, dengan segala simbol kekuasaan. Tapi begitu mulutnya terbuka, keluarlah jawaban yang lebih mirip keluhan ketimbang keputusan: “Kami sudah…

  • Divyannisa Isvara Gauri: Cahaya Kecil yang Menyalakan Perlawanan

    Divyannisa Isvara Gauri: Cahaya Kecil yang Menyalakan Perlawanan

    Hari ini, 27 Agustus 2025, seorang anak perempuan berulang tahun ke lima di Bantaeng. Namanya Divyannisa Isvara Gauri. Nama yang kalau disebut, orang bisa mengira sedang membaca mantra dari kitab kuno: “perempuan suci yang bercahaya, penguasa seperti dewi Gauri.” Bukan main. Saya dan ibunya, Wahdat Mustika Wangi, memang sengaja memberi nama sebesar itu, supaya kelak…

  • Sapi-Sapi di Gerobak, Burung-Burung di Langit, dan Buruh-Buruh di Bantaeng

    Sapi-Sapi di Gerobak, Burung-Burung di Langit, dan Buruh-Buruh di Bantaeng

    Kampung saya dulu tidak punya konser musik. Hiburan malam hanyalah suara jangkrik dan, kalau beruntung, suara sapi tetangga yang melenguh panjang. Lenguh sapi itu, kalau direnungkan, memang sudah seperti puisi eksistensial. Nadanya serupa ratapan orang yang digiring nasib. Nah, siapa sangka, ada sebuah lagu tua berjudul, “Donna Donna”, yang menjadikan sapi malang itu sebagai tokoh…

  • 17 Agustus: Merdeka dari Apa, untuk Apa?

    17 Agustus: Merdeka dari Apa, untuk Apa?

    Kata Anhar Gonggong, 17 Agustus 1945 itu bangsa Indonesia merdeka. Sehari setelahnya, 18 Agustus, barulah negara ini ditegakkan lewat rapat PPKI. Kalau mau diibaratkan, 17 Agustus itu seperti keluar dari rahim, masih merah, masih bau ari-ari. 18 Agustus itu saat bayi diberi nama, akta, dan harapan hidup panjang. Tapi sekarang, delapan puluh tahun kemudian, kemerdekaan…

  • Bantaeng Bangkit dan Gerakan Massa

    Bantaeng Bangkit dan Gerakan Massa

    Ada yang sedang bangkit di Bantaeng, tapi bukan ekonomi rakyat, bukan pula harga diri pejabat, melainkan amarah yang tak lagi bisa ditampung dalam spanduk, orasi, dan berita kampung. Kalau slogan Pemda hari ini “Bantaeng Bangkit”, maka sejujurnya: rakyatnya yang bangkit. Pemerintahnya? Masih sibuk selfie dengan mengandalkan upload di media sosial. Mari kita buka satu per…

  • Ma’rung Naung: Jejak Anak-anak ke Masa Depan

    Ma’rung Naung: Jejak Anak-anak ke Masa Depan

    “Jalan terpendek menuju masa depan kadang justru yang paling becek, paling curam, dan tidak masuk peta.”— Petuah dari batu besar di tepi Sungai Maesa, katanya. Aku menulis bukan karena hidupku penting, tapi karena masa kecil di Kampong Masigi terlalu absurd untuk dibiarkan menguap begitu saja. Di sanalah segalanya dimulai: sepatu robek di jalan kebun, ambisi…

  • Karbala: Benih yang Ditanam Imam Husain

    Karbala: Benih yang Ditanam Imam Husain

    Menyambut 10 Muharam 1447 H Di tanah ladang tempat aku menanam harapan dan menggali hikmah dari bumi, aku menulis ini. Menjelang 10 Muharram 1447 Hijriyah. Hatiku terasa lebih berat dari biasanya. Bukan karena hasil panen yang sedikit, atau cuaca yang tak menentu, tapi karena bayangan Karbala terus menyapa kesadaranku. Karbala, sebuah nama yang menyimpan duka…