Library Pop-Up Fest

Sore ceria kembali menyata di Taman Bermain Anak Pantai Seruni Bantaeng.  Persisnya, sejak usai Asar hingga jelang Magrib, Sabtu, 13 September 2025, sekumpulan anak sekolahan, sekaum remaja, dan ibu-ibu, plus bapak-bapak, menyemutkan diri dalam arena wisata literasi.

Bila dipilah-pilah organ-organ pendukungnya, maka akan terlembagakan menjadi, Darma Wanita Persatuan Bantaeng, PKK Bantaeng, Perpusda Bantaeng, Forum Anak Butta Taoa Bantaeng, pegiat literasi, dan siswa-siswa dari beberapa SD di Bantaeng, plus pengunjung.

Sesarinya, helatan wisata literasi ini merupakan kelanjutan dari program Darma Wanita Persatuan Bantaeng, setelah jeda waktu cukup lama. Dan, menurut Ketua DWP Bantaeng, Vinka Nandakasih, helatan setiap Sabtu sore ini, akan berlanjut hingga rentang cuaca sudah tak memungkinkan. Eloknya lagi, Ketua PKK Bantaeng, sekaligus Bunda Literasi Bantaeng, Gunya Paramashukaputri, hadir mendukung sekaligus memuji kegiatan wisata literasi ini.

Forum Anak Butta Toa (FABT) Bantaeng merilis urita di IG-nya, “Ada yang seru banget minggu ini! Lapak Baca X Library Pop-Up Fest Wisata Literasi hadir dengan wajah baru penuh warna. Anak-anak nggak Cuma membaca buku, tapi juga tenggelam dalam cerita lewat story telling, ketawa bareng di games seru, sampai merasakan bahagianya saat menerima hadiah spesial. Setiap detik jadi pengalaman berharga, menumbuhkan semangat literasi, dan mengajarkan bahwa belajar bisa seseru ini.”

Sekotah keceriaan itu, saya ikut menikmatinya via segenggam perangkat digital, ponsel cerdas. Lewat ibu jari, saya geser-geser gambar dan video. Sesekali tersenyum sendiri, sehingga salah seorang di mukim saya terheran-heran, apa gerangan yang membuat saya senyum sendiri. Saya pun sekilas berbagi urita di Sabtu sore itu. Anehnya, malah kembali bertanya, mengapa tak ikut menyata di sana, seperti waktu-waktu sebelumnya? Saya pun menanggapinya dengan seutas senyum, lalu tertawa.

Sebenarnya, apa yang menjadi lapik dari wisata literasi yang dikerjasamakan dengan Perpusda Bantaeng? Menurut Kiky Suarsi Amin, Kabid Layanan Perpusda Bantaeng, yang saya temui secara virtual, usai hajatan sore ceria itu, program ini dinamakan Library Pop-Up Fest. Meskipun pihak DWP Bantaeng menamainya wisata literasi.

Library Pop-Up Fest bisa dimaknai sebagai satu festival atau kegiatan literasi kreatif yang diselenggarakan secara sementara di ruang publik. Makna utamanya, bagaimana perpustakaan membawa fungsi dan layanannya bersifat atau muncul sementara di suatu tempat, fleksibel, dan bisa berpindah-pindah lokasi. Bentuknya, kegiatan dikemas secara meriah, interaktif, dan menarik bagi masyarakat.

Paling tidak ada empat tujuannya. Pertama, mendekatkan perpustakaan kepada masyarakat tanpa harus datang ke gedung perpustakaan. Kedua, mempromosikan layanan perpustakaan seperti peminjaman buku, aplikasi digital, atau literasi digital.

Ketiga, menghadirkan ruang baca alternatif di area publik (taman kota, car free day, pusat perbelanjaan, dan sekolah). Keempat, menciptakan suasana festival dengan kegiatan seperti bedah buku, lomba literasi, story telling, workshop kreatif, hingga hoburan seni budaya.

Menurut Kiky, hadirnya program ini dilatarbelakangi oleh Perpusda Butta Toa Kabupaten Bantaeng telah memiliki sarana dan prasarana yang reprentatif melalui gedung baru yang moderen. Namun, potensi besar ini belum sepenuhnya berdampak optimal karena rendahnya kunjungan masyarakat, lemahnya budaya membaca, terbatasnya akses digital, serta kurangnya eksposur layanan di ruang publik. Kondisi tersebut mengancam peran perpustakaan di era digital dan menuntut inovasi strategis agar perpustakaan benar-benar hadir di tengah masyarakat.

Arkian, Kiky menegaskan perlunya inovasi sebagai jawaban, maka dikembangkanlah konsep “Library Pop-Up Fest: Gerakan Bantaeng Bangkit Literasi”, yaitu menghadirkan perpustakaan langsung ke ruang publik seperti alun-alun, sekolah, pasar, hingga area wisata. Sebentuk pergerakan dari pustaka diam ke pustaka bergerak.

Program ini bukan hanya menghadirkan koleksi bacaan sesuai kebutuhan masyarakat, tetapi juga menyajikan aktivitas literasi kreatif, diskusi, pameran karya lokal, hingga pelatihan literasi digital. Inovasi ini mengedepankan pendekatan kolaboratif berbasis kebutuhan masyarakat, sehingga literasi dapat tumbuh menjadi gerakan bersama, tutur Kiky.

Manakala Library Pop-Up Fest: Gerakan Bantaeng Bangkit Literasi dipendapatkan sebentuk inovasi, maka tujuannya bisa berjangka. Jangka pendek, meningkatkan kesadaran dan akses masyarakat terhadap layanan perpustakaan. Jangka menengah, mendorong kebiasaan membaca berkelanjutan, memperkuat kolaborasi kelembagaan, dan mengembangkan layanan digital. Dan, jangka panjangnya, mewujudkan perpustakaan sebagai pusat pembelajaran inklusif untuk penguatan SDM, literasi, dan daya saing daerah.

Lalu, apa yang mesti dilakukan dan dari mana mesti mulai? Kiky menyebutnya sebagai milestone. Semacam langkah-langkah pencapainnya, pertama bersifat jangka pendek, berupa pembentukan tim pelaksana, pemetaan kebutuhan, penyelenggaraan Library Pop-Up Fest di car free day Pantai Seruni, dan Festival Literasi Bantaeng, serta evaluasi kegiatan.

Selanjutnya bersifat jangka menengah, perluasan lokasi kegiatan, peningkatan partsipasi masyarakat, penguatan jaringan komunitas literasi, dan penyusunan program keberlanjutan. Terakhir, bersifat jangka panjang, menjadikan Library Pop-Up Fest: Gerakan Bantaeng Bangkit Literasi sebagai agenda rutin daerah, memperluas jangkauan ke seluruh kecamatan, serta menciptakan ekosistem literasi berkelanjutan di Bantaeng.

Adakah manfaatnya program ini? Kiky memetakannya dalam tiga domain. Pertama, bagi unit kerja, bakal berdampak pada meningkatnya kinerja dan citra perpustakaan, serta memperkuat kapasitas aparatur dalam layanan inovatif. Kedua, bagi pemerintah daerah, akan mendukung prioritas pembangunan SDM, meningkatkan komitmen pelayanan publik yang dekat dan adaptif. Ketiga, bagi masyarakat, dapat memberikan akses literasi lebih mudah, menumbuhkan udaya baca, serta membangun ekosistem literasi kreatif dan produktif.

Jadi, apa yang ceria di Sabtu sore itu hanyalah salah satu bentuk Library Pop-Up Fest, dikerjasamakan dengan berbagai elemen kelembagaan maupun masyarakat. Dan, jangan heran kalau di mana-mana bakal ada keceriaan saat ada kerumunan, tatkala layanan perpusda menyata di arena. Itu semua karena ada keceriaan bernuansa literasi yang dipicu oleh seorang kabid layanan, Kiky Suarsi, si penceria berparas literasi.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *