KIND 2025: Jejak Kompetisi Inovasi Daerah Jeneponto 2025

Kabupaten Jeneponto, yang dikenal sebagai Bumi Turatea, kembali menunjukkan denyut semangat inovasi melalui ajang Kompetisi Inovasi Daerah (KIND) 2025.

Perhelatan yang digelar oleh Bappeda Kabupaten Jeneponto, bersama mitra pelaksana Pattiro Jeka, menjadi momentum kedua setelah pelaksanaan perdana tahun lalu. Dengan berbagai penyempurnaan, KIND 2025 tidak hanya sekadar lomba, tetapi sebuah gerakan kolektif untuk menemukan champion inovasi dari bumi paling selatan Sulawesi Selatan.

Perhelatan yang Kian Matang

KIND 2025 dibuka langsung oleh Wakil Bupati Jeneponto. Kehadirannya bukan sekadar seremoni, melainkan pesan kuat bahwa pemerintah daerah menaruh perhatian besar terhadap inovasi. Wakil Bupati sebelumnya juga hadir saat sosialisasi KIND pada 1 Juli 2025. Dalam sambutannya, ia menegaskan harapannya agar ajang ini mampu menular ke seluruh ASN.

“Momentum KIND harus menjadi inspirasi bagi seluruh ASN di Jeneponto. Tahun depan, saya berharap jumlah peserta semakin banyak, karena inovasi adalah jalan kita menuju Jeneponto Bahagia,” ujarnya penuh keyakinan.

Gelaran tahun ini menghadirkan 12 finalis terbaik dari berbagai sektor: rumah sakit, puskesmas, sekolah, perangkat desa, kelurahan, hingga organisasi perangkat daerah. Semua hadir membawa gagasan segar yang membuktikan bahwa inovasi bukan monopoli birokrasi pusat, melainkan bisa tumbuh subur di daerah.

Dewan Juri dan Objektivitas

Satu hal yang patut diapresiasi adalah kredibilitas dewan juri. Mereka berasal dari Bappeda Kabupaten, Bappeda Provinsi Sulsel, Bagian Organisasi Kabupaten, serta akademisi dan praktisi. Semua memiliki reputasi dalam pengembangan inovasi daerah.

Menariknya, saya pribadi, sebagai konsultan inovasi yang selama ini membimbing para inovator memilih tidak masuk dalam jajaran dewan juri. Alasannya sederhana: menjaga objektivitas. Semua finalis adalah teman belajar bersama, dan biarlah penilaian murni diberikan oleh pihak yang independen.

Yang membuat saya terharu adalah penghormatan dari Wakil Bupati, Kepala Bappeda, panitia, dan para peserta yang tak henti menyampaikan terima kasih atas pendampingan saya. Momen itu membekas dalam hati: penghargaan bukan selalu berupa piala, melainkan rasa hormat yang tulus.

Inovasi dengan Slogan Menggugah

Ajang KIND tahun ini sarat kejutan. Hampir semua inovasi datang dengan nama dan slogan yang segar, unik, keratif, mudah diingat dan penuh makna. Mereka datang dari rumah sakit, dinas kesehatan, puskesmas, desa, kelurahan, sekolah, dan perangkat daerah lainnya. Setiap inovasi lahir dari keprihatinan yang nyata, tetapi ditawarkan dengan semangat solusi yang kreatif.

Dari RSUD Lanto Daeng Pasewang, muncul inovasi SUSTER AKUR PASIEN SENYUM, dengan tagline “1M 1H: 1 menit mengisi survei, 1 hari tindak lanjut, seumur hidup perbaikan”. Masih dari RSUD, ada pula PASTI HEBAT (Pantau Skrining Tumbuh Kembang Anak Holistik dan Edukatif berbasis Terpadu), yang mengusung motto “Tumbuh Sehat, Berkembang Hebat, Menuju Jeneponto Bahagia”.

Dunia pendidikan pun tidak kalah bersemangat. ASSIKOLA (Aksi Selamatkan Anak Kembali ke Sekolah) dari SMPN 6 Bangkala membawa tagline “Kolaborasi Kuat, Pendidikan Hebat”. Lalu dari SMK Negeri 7 Jeneponto hadir SIRAGA (Sistem Rekap Absensi Guru dan Anak Didik) dengan motto “Cepat, Akurat, Real Time”. Bahkan, dari jenjang pendidikan anak usia dini, TK LP2AUD Belay Kasih mempersembahkan inovasi JUMAT AMMACA, bermotto “Ayah Hadir, Anak Bahagia”.

Dari lingkup pemerintahan desa dan kelurahan, inovasi SI PALLENGU (Sistem Informasi Pelayanan Elektronik untuk Desa dan Kelurahan) menegaskan komitmennya dengan motto “Melayani Cepat, Transparan, dan Terintegrasi”. Sementara itu, Desa Arungkeke Pallantikang menghadirkan inovasi wisata berbasis ekologi dan kearifan lokal: Wisata Mangrove Bata Pa’lengukang dengan tagline “Teruslah berinovasi, Salam bahagia”.

Tak kalah menarik, komunitas literasi juga turut serta. Komunitas Bungung Salapang Desa Bontorappo melalui Desa Literasi membawa moto filosofis: “Kehidupan yang tidak diperjuangkan tidak akan pernah dimenangkan”. Sebuah kalimat yang menyentuh nurani, mengingatkan kita bahwa literasi adalah perjuangan yang melampaui kata-kata.

Dari sektor kesehatan, inovasi hadir dengan semangat yang menyejukkan. Puskesmas Binamu Kota menampilkan JEMPOL (Jemput Hadiah di Posyandu Langsung) dengan moto “Datang Sehat, Pulang Bawa Hadiah”. Sementara Dinas Kesehatan mengusung dua inovasi sekaligus: JEKAJI (Jeneponto Peduli Kesehatan Jiwa) dengan motto “Jaga Pikiran, Rawat Jiwa, untuk Jeneponto Bahagia”, serta Apa Kabar Balitaku dengan motto “Balita Sehat, Generasi Berkualitas, Jeneponto Bahagia”. Dari sektor kepemudaan, Dinas Pemuda dan Olahraga menampilkan Turatea Sport Tourism (TST) Center, sebuah gagasan segar dengan moto “Solusi Akseleratif Menuju Jeneponto Bahagia”.

Setiap inovasi adalah cerita perjuangan, setiap motto adalah semangat yang menyalakan harapan. Dari rumah sakit hingga desa, dari sekolah hingga komunitas, KIND membuktikan bahwa inovasi adalah milik semua orang. Semuanya punya benang merah: membangun Jeneponto yang lebih bahagia melalui inovasi.

Ajang Menemukan Champion

KIND bukan sekadar kompetisi. Bagi Bappeda Jeneponto bersama Pattiro Jeka, ajang ini adalah sarana menemukan talenta terbaik yang akan terus dibina dan dipersiapkan untuk berkompetisi di level provinsi bahkan nasional.

“Inovasi harus diperlakukan seperti benih unggul. Ia butuh tanah subur, pupuk, dan perawatan, agar kelak tumbuh menjadi pohon yang menaungi banyak orang,” demikian refleksi yang saya sampaikan di tengah kegiatan.

Inilah mengapa KIND 2025 memiliki arti strategis. Setiap gagasan yang lahir akan menjadi bahan bakar perubahan, bukan hanya untuk menambah prestasi daerah, tetapi juga untuk memperkuat pelayanan publik dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.

Inspirasi dari Bumi Turatea

Ketika tirai KIND 2025 ditutup, yang tersisa bukan hanya daftar pemenang, tetapi juga percikan semangat baru. Saya melihat bagaimana ASN, guru, tenaga kesehatan, aparat desa, hingga komunitas literasi, semua bergandeng tangan menunjukkan: Jeneponto bukan sekadar bisa, tetapi layak menjadi rujukan inovasi daerah.

KIND adalah bukti bahwa inovasi tidak lahir dari kemewahan, melainkan dari keinginan tulus untuk memperbaiki hidup bersama. Dari Turatea, inspirasi itu mengalir: sederhana tapi bermakna, lokal tapi berdaya saing global.

“Inovasi adalah bahasa baru Jeneponto. Bahasa yang mengajarkan kita untuk selalu mencari cara lebih baik, demi kebahagiaan bersama,” begitu kesan yang melekat di benak banyak peserta.

Menyemai Masa Depan

Kini, KIND 2025 telah usai. Namun, sesungguhnya inilah awal perjalanan panjang. Para inovator yang lahir dari kompetisi ini akan terus dibimbing, dilatih, dan diarahkan. Sebab, Jeneponto sedang menapaki jalan baru: jalan yang menjadikan inovasi sebagai denyut nadi pembangunan.

Di balik semua itu, saya merasa beruntung bisa menjadi bagian kecil dari sejarah ini. Menjadi saksi, sekaligus penyemai. Karena pada akhirnya, inovasi bukan hanya tentang menang, melainkan tentang keberanian untuk mencoba, ketulusan untuk melayani, dan komitmen untuk terus memperbaiki diri.

Jeneponto Bahagia bukan sekadar cita-cita. Ia sedang kita rajut, benang demi benang, melalui inovasi. Dan hari itu, 20 Agustus 2025 di Jeneponto, saya menyaksikan bukan hanya lahirnya pemenang, melainkan lahirnya sebuah generasi baru pembawa cahaya kebaikan-dari Turatea untuk Indonesia.


Comments

One response to “KIND 2025: Jejak Kompetisi Inovasi Daerah Jeneponto 2025”

  1. fadiah machmud Avatar
    fadiah machmud

    BRAVO untuk penyelenggaraan KIND Jeneponto. Hal biasa menjadi luar biasa jika sudah ditangan pak Rara.
    Senang telah menjadi bagian dalam perhelatan cerdas ini. Menumbuh suburkan inovasi daerah pertanda kualitas pelayanan masyarakat mewujud nyata. Selamat untuk Jeneponto

Leave a Reply to fadiah machmud Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *