Antara Edukasi dan Dedikasi

Satu kalimat yang sempat muncul dalam pikiran saya, tentang istilah, “Linear”, dalam dunia pendidikan. Perbincangan ini banyak muncul ketika mendiskusikan antara aku hendak, atau bisa dikatakan sempat berpikir ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata Dua (S2).

Linear, menurut banyak pendapat adalah kesesuaian antara gelar akademik S1 dan S2. Hal ini mengingatkan saya pada saat sosialisasi oleh pihak kampus, dari salah satu perguruan tinggi di Makasar. Dan kebetulan saya hadir dan mendampingi, karena dilaksanakan di Aula Husni Kamil Manik, kantor KPU Kabupaten Bantaeng.

Dalam sesi tanya jawab, ada kalimat yang menarik dari beberapa peserta yang sempat bertanya, tentang status kampus, jurusan, dan banyak hal lain yang di pertanyakan dan salah satunya adalah soal: Linear. Poinnya, apakah jurusan yang tersedia, selaras  dengan pekerjaan di KPU Bantaeng?

Dalam pikiran saya, kenapa baru hari ini, kenapa baru sekarang itu muncul, linear dalam kontek keilmuan, akan sangat tidak sejalan dalam praktik hidup kita. Pikiranku, bukankah ada di antara para staf yang bahkan dari jurusan teknik, ada yang ekonomi, dan ada yang lainnya.

Dari perbincangan ini  mengingatkan saya bahwa banyak hal yang tidak harus linear dalam hidup. Dan apa pun basic keilmuan, apa pun gelar Anda, linear atau tidak sesuai teori akademik, faktanya dalam berkehidupan sosial, kita dituntut untuk linear dengan lingkungan di mana kita hidup, linear dengan tetangga dan bahkan harus linear dengan alam.

Linear dengan seluruh kebatinan dan pikiran kita. Karena kompas terbaik dalam mengukur kesesuaian atau linear maupun tidaknya antara gerak batin dan raga adalah hati (qolbu).

Fakta bahwa terkadang kaki yang melangkah pun terkadang tak linear dengan pikiran. Fakta bahwa sampai saat ini, yang masih konsisten linear dengan putarannya, adalah bumi yang berputar pada porosnya, yang setiap saat bisa saja berhenti.

Dalam perjalan empirik manusia, pengalaman  mengajarkan banyak hal yang tidak bersesuaian dengan apa yang sudah di pelajari sebagai ilmu. Sehingga pantaslah dalam beberapa ceramahnya, Cak Nun (Emha Ainun Najib), mengatakan bahwa ilmu teruji oleh pengalaman, sedangkan pengetahuan adalah apa yang telah di dapatkan dari hasil belajar dan diskusi.

Sehingga, linear atau tidaknya antara ilmu dan gelar, tidak menjadi penghalang untuk kita, menjadi insan pengabdi dan pencipta, sebagai dedikasi kepada agama dan bangsa, sampai Allah menurunkan rahmat-Nya.

Kredit gambar: Liputan6.com


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *