Demarkasi Pikiran

Pemikiran manusia kian kemari makin berkembang. Di era kekiniaan, berbagai teori pemikiran makin kaya adanya. Kekuatan pikiran dipercaya menjadi identitas seseorang bertumbuh mengikuti zaman.

Seseorang yang memaksimalkan pikirannya memengaruhi pula kualitas hidupnya. Pikiran adalah cermin eksistensi diri, tidak hanya itu, peradaban manusia bagian dari pergulatan pikiran-pikiran manusia.

Orang yang mengandalkan kekuatan pikiran, cenderung mengandalkan dirinya. Pikirannya adalah kekuatan dimilikinya. Tantangan hidup yang dijumpai akan dihadapi dengan kekuatan pikiran. Orang yang percaya kekuatan pikiran biasa disebut kaum rasionalis. Dalam perkembangan ilmu terapan, kaum rasionalis paling terdepan menciptakan teori dan mengembangkan teknologi mutakhir.

Pada konteks lain, ternyata pikiran justru sumber penghambat penemuan eksistensi diri. Pikiran terponjok ketika manusia mengalami masalah absurditas. Keterbatasan pikiran membuat orang mencari alternatif lain menghadapi realita kehidupan. Sejumput ekperimen muncul, sebagai solusi dari keterbatasan kekuatan pikiran.

Adalah Lester Levenson, memperkenalkan cara melepaskan masalah emosi negatif, stres, dan hambatan mental yang kerap kali dialami manusia modern. Cara ini dinamakan Sedona Method (Metode Sedona). Di kemudian hari, metode ini lebih dipopulerkan oleh Hale Dwoskin.

Tak dinafikan, kecenderungan manusia modern mengandalkan pikiran, jika hal itu tidak fungsikan sebagaimana mestinya, maka boleh jadi, manusia akan terjebak dengan pikirannya sendiri. Pada prakteknya, Senoda Method, bekerja dengan cara mengembalikan kesadaran dan penerimaan emosi, lalu, secara sukarela membiarkan pikiran pergi. 

Ada kalanya, kita merasa terganggu oleh pikiran sendiri, akibatnya emosi ikut pula mengalami gangguan. Lewat  Metode Sedona, pikiran tak perlu dibendung, cukup melakukan pelepasan. Lalu, bagaimana cara melakukannya? Anda cukup bertanya 4 hal pada diri sendiri. Apa yang saya rasakan? Bisakah saya melespaskan pikiran atau perasaan saya? Maukah saya melepaskannya? Dan kapan melepasnya? Jawaban teterakhir, sekarang juga. Pertanyaan di atas, bisa di ulang-ulang, hingga anda benar-benar melepaskan energi negatif dalam pikiran atau perasaan.

Tak dimungkiri, kadang kala pikiran kita menjangkau di luar fungsinya, akibatnya, memengaruhi  emosi kita. Sejatinya, pikiran hanya digunakan untuk hal teknis semata, tetapi sayangnya, kerapkali kita melampaui batas- batas fungsi pikiran, atau biasa kita sebut overthingking. Apabila pikiran sudah mengalami overthingking, maka, bukan tidak mungkin, mengalami berbagi ganguan emosi, seperti stres, sulit melupakan masa lalu (move on) dll.

Cara bekerja Senoda Method, prinsipnya, beban pikiran atau perasaan negatif manusia tak perlu di simpan apalagi dilawan, namun hal tersebut dapat berubah positif, cukup dengan melepaskan. Cara melepaskan merupakan kemampuan alami manusia, meski pada praktiknya kita mesti melatih diri, hingga kita mudah melakukan sendiri.

Lalu, apa saja manfaat melakukan Sedona Method. Menurut sumber informasi digital, manusia modern saat ini mudah terpapar stres yang berujung kecemasaan, melalui Sedona Method memberi alternatif terapi yang  bisa dilakukan secara mandiri. Selain itu, metode ini dengan sendirinya meningkatkan ketenangan pikiran, sehingga menstimulasi pertumbuhan spritual. Pada tataran sosial, metode ini dapat meningkatkan relasi dan komunikasi sosial.

Pembahasan pikiran, memang tak ada habisnya dipercakapkan. Bentuk validasi seseorang di ranah sosial, ditentukan sejauh mana mengaktualkan potensi pikiran, berupa ide atau gagasan menjadi tindakan realitas di luar dirinya.

Seorang pakar pikiran dan hipnoterapi, Adi W. Gunawan membahas lebih dalam alam pikiran sadar (Conscious Mind) dan bawah sadar (Subconscious Mind). Menariknya, menurut pendakuan Adi W. Gunawan, pikiran bawah sadar mengontrol 88 persen pikiran manusia, selebihnya 12 Persen pikiran digunakan untuk hal teknis, seperti menganalisa, logis, kritis, dll.

Untuk mengubah hidup seseorang, tak ada cara lain selain mengubah program di bawah sadar. Tidak hanya berpikir positif, kita mesti melakukan semacan teknik hipnoterapi.

Masih menurut pandangan Adi W. Gunawan, seluruh perilaku manusia ditentukan oleh program-program di pikiran bawah sadar, seperti, emosi, kepercayaan, kebiasaan dan seluruh memori jangka panjang manusia.   

Berhubung seluruh perilaku dikendalikan oleh program bawah sadar, maka, titik awal perubahan manusia, dimulai dari pikiran bawah sadar. Caranya, dengan melakukan metode hipnoterapi.

Cara tersebut dipercaya paling efektif melakukan perubahan secara emosi, seperti rasa takut, marah dan perilaku negatif sehari-hari. Pada perkembangannya, hipnoterapi mengalami tranformasi, dari sekadar praktik alternatif, menjelma multidisplin, digunakan di bidang kesehatan mental, kedokteran dan pengembangan diri.

Beberapa teknik hipnoterapi dapat dilakukan seseorang, sebagaimana  dianjurkan para pakar, yakni pertama, Age Regression, menelusuri kembali ke masa lalu untuk menemukan peristiwa penyebab trauma-pola negatif.

Kedua, Inner Child Therapy, menyembuhkan bagian diri (anak batin) yang terluka, sering kali akibat pengalaman di masa kecil.

Ketiga, Forgiveness Therapy, mengajarkan klien untuk melepaskan dendam, rasa sakit, dan luka batin melalui pengampunan.

Keempat, Subconscious Restructuring Proses, memprogram ulang keyakinan, persepsi, dan emosi negatif dengan yang sehat dan produktif.

Hal berbeda jika pikiran manusia ditinjau dari sudut pandang agama. Golongan sufi mengafirmasi pikiran dengan hati. Kemuliaan hati akan menentukan kualitas pikiran seseorang. Hati merupakan esensi kebaradaan manusia sebagai makhluk berpikir.

Bagi Al-Ghazali, pikiran harus melewati latihan spiritual agar mampu memahami realitas sejati. Dalam tradisi sufi, pikiran manusia sering  dipandang sebagai lapisan jiwa, yang terdiri dari Nafs (nafsu/ego), Qalb (hati), Ruh (roh) dan Sirr (rahasia, aspek terdalam diri).

Untuk menggapai kejernian hati, seseorang mesti melakukan praktik spiritual, seperti dzikir, tafakur, khalwat (retret), muraqabah (pengawasan batin), dan sujud yang khusyuk adalah cara membersihkan pikiran dari ilusi dan keterikatan duniawi. Pikiran manusia bisa menipu jika tidak disucikan dari hawa nafsu. Maka perjalanan manusia menuju Tuhan, salah- satunya lenyapnya nafsu dan ego dalam Tuhan.

Rumi, menawarkan jalan cinta menuju makrifat, bukan akal. Rumi juga percaya bahwa akal yang telah disucikan oleh cinta dan zikir menjadi penerima ilham. Seperti kata Rumi, “Ketika pikiran berhenti bergerak, jiwa mulai bernyanyi.”

Doa seorang Darwis: O Cahaya di atas segala cahaya, jadikan akalku murni sebagaimana akal orang-orang suci, jauhkan aku dari penyesatan nafsu yang menyamar sebagai kebijaksanaan. Dan jika aku telah tertipu oleh bentuk dan nama, bukakan mataku agar dapat melihat hakikat, bukan hanya kulit luarnya.

Kredit gambar: Healing Arts NYC


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *