Sejarah dan Balada Badai Sunyi

‎Ketenaran, cenderung berbisik ingin menyuguhi apa saja dalam waktu sesingkat mungkin demi popularitas. Semua memiliki potensi itu bagi setiap insan manusia, agar hidupnya tidak sia-sia.

‎Sebagaimana kisah dipertuankan lalu dituangkan  oleh para pemenang. Kini, bagi kami yang mengalir darahnya, bersiap untuk mencari bannang pangjaiki, memetik hikmah dari segala dinamika dan konspirasi.  Boleh dibilang sampai pada sebuah episode penemuan beberapa makam, jejak leluhur yang dulu pernah ada sebagai informasi yang lebih real berbasis aktual dan faktual. Bukan sekadar meraba dan seribu bede’ (cerita). 

‎Kami memasuki bulan kelima merambah setiap narasumber, meski beberapa hal yang kadang membuat kami miris, dramatis, dan keharuan kami temui tentang  bagaimana seorang Pama’ yang bukan hanya semata   legenda atau dongeng. Punya  identitas  sebagai penguasa satu wilayah masa itu dalam periode abad ke-18. 

‎Berbagai sumber, tersemat secara internal tentu namanya selalu disebut, serta terkonfirmasi, pada eksternal rupanya Pama’ juga cukup familiar, tenar meski hal benar masih sebagian ditutupi entah kenapa?

‎Kisahnya bagai badai sunyi, terasa mengusikku dan mengintimidasi karena darahku sebagian mengalir darinya. Hingga pada saat memulai pencarian, hingga saat   di mana segala kemungkinan bisa saja terjadi di kalangan internal. 

‎Bagaimana mungkin dia tenar, menduduki jabatan sebagai Jannang Mappilawing. Kemudian melewati dinamika dalam lingkarannya sendiri. Tentunya butuh mental, pemikiran yang matang. Sebagai pilihan dari beberapa sebagai anak dari sosok Ma’dunda bin Serang.

‎Hidupnya “nikaluki kanyamangngang“(kejayaan dan kekayaan di masanya). Begitu setiap kami menyusuri di jalur eksternal pernah mendengar bahkan tahu nama dan rentetan pustaka dan pusakanya. 

‎Namun, jiwanya juga dikaluki (diliputi) beberapa hal dari segala ketenaran, kuasa, dan sebagai pilihan dari sekian banyak saudaranya, di antaranya bernama : Minggong, Seri, Nyangnging, Jamada, Rampu. Dan ada saudaranya perempuan  (mati muda).  Lalu Pama’ menjadi pilihan menduduki tahta Kajannangang di Bantaeng.

‎Bukan perkara mudah menduduki tahta masa itu, entah kenapa dan bagaimana seorang ayahnya menampuknya. Tidak tertutup kemungkinan  beberapa dinamika tentunya hadir menempanya. 

‎Pastinya ada kompetisi di antara mereka. Hingga akhirnya Pama’ bersiap dengan segala resiko dan konsekuensi yang harus dia jalani di masa kekuasannya, hingga pada sebuah kondisi politik di tahun penuh hal intrik serta taktik, dia hadapi sampai pada pilihan purnanya menyingkir mengasingkan diri.

‎Seorang cicit termangu mereka-reka, masa di antara kekuasaan dan kekayaannya. Bahkan perangai, wajahnya kami belum menemukan walau lewat selembar foto.

‎Hanya selenting bekas pabrik “lolisikna” (pabrik produksi kopi), bagaimana cara dia memimpin dengan kondisi yang sarat politis kala itu. Ditampuk dan dia tempuh. Lalu badai kemudian hadir menghempaskan semuanya.

‎Sebuah konspirasikah? Atau memang ada konflik yang epik dan apik yang dia sendiri tidak tahu, atau sudah mempunyai firasat hingga cara dia menamatkan diri, dalam episode dan periode kejayaannya.

‎Hingga dia memutuskan menutup kisahnya dengan menanggalkan semua. Atau secara terpaksa dia harus turun tahta, lalu menekuni hidupnya dalam sepi.

‎Pada akhirnya kami bagai pungguh merindu bulan, melewati pohon rindang, bebukitan, kebun, pohon kopi di sebuah tebing. Nyanyian burung bagai merengek habitatnya diusik. Seperti menuntun kami ke sebuah sejarah penuh wangi bunga biraeng di Pakbumbungang.

‎Lembaran yang tak tertulis. Hanya cerita menjadi badai sunyinya yang terpental jauh pada sorot sejarah yang dulu pernah tersohor.  Literatur yang hanya tutur.

‎Mukim dan makam menjadi penanda keberadaan kisahnya yang sepertinya terisolasi untuk dipublikasi. Tanpa dokumentasi hanya tersisa kenangan sunyi yang ditambatkan dengan temali sejarahnya dia berpegang teguh untuk satu prinsip “tokdo pulina“. Lebih memilih tidak tenar, dari pada merasa paling benar. Itu mungkin saja menjadi pilihan diakhir episode kejayaannya. 

‎Sejarah di antara badai yang meliputi kebenaran dan kebohongan.  Meskipun ini adalah ungkapan yang umum, penting untuk diingat bahwa sejarah tidak selalu ditulis hanya oleh pemenang.

‎Percakapan saya berlanjut di sebuah labirin laman,  tentang sudut pandang pemenang. Pemenang seringkali memiliki kemampuan untuk mengontrol narrative sejarah, baik melalui penulisan buku, film, atau cara mereka menyampaikan peristiwa kepada publik. Mereka dapat menekankan keberhasilan mereka, meminimalkan kesalahan, dan bahkan menyembunyikan informasi yang tidak menguntungkan.

‎D menaruh sebuah contoh, dalam sejarah penjajahan, versi sejarah yang ditulis oleh penjajah sering kali menggambarkan mereka sebagai peradaban yang membawa kemajuan, sementara pengalaman dan perlawanan masyarakat yang dijajah sering diabaikan.

‎Peran Pihak yang Kalah:

‎Pihak yang kalah atau terpinggirkan juga dapat memberikan perspektif yang berharga dan unik tentang peristiwa sejarah. Mereka mungkin memiliki cerita yang berbeda, pengalaman yang unik, dan perspektif yang lebih kritis terhadap pemenang.

‎Lalu bagaimana mereka merenggut sebuah catatan dengan penulisan Sejarah? Saya menggugat sejauh mana proses penulisan sejarah melibatkan berbagai sumber, termasuk catatan resmi, wawancara, dan artefak. Lalu muncullah sejarawan kemudian menganalisis dan menafsirkan sumber-sumber ini untuk menyusun narasi sejarah.

‎Badai sunyi menerpa Pama’ bin Ma’dunda bin Serang. Titik nadir sebuah mega-mega kejayaan. Menukik tajam di abad kedua puluh,  semua luluh dan lantah. Terpental jauh di kanal-kanal sejarah baru tercatut untuk cerita selanjutnya kita hanya bisa manggut-manggut dan duduk manis termangut.   

Sumber gambar: mooc.org


Comments

3 responses to “Sejarah dan Balada Badai Sunyi”

  1. Syamsul Bahri Avatar
    Syamsul Bahri

    Masya Allah Dengan Tulisan ini menambah khasanah berliterasi dan tidak Gamang akan Tapak-tapak sejarah Bantaeng

  2. KhikyZhu Avatar
    KhikyZhu

    MasyaAllah,,,

  3. Makasih Pak Syam selalu memberi apresiasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *