Kota Catalonia tak pernah kehabisan stok pemain bola bertalenta. Kota terkenal dengan artsitektur modernisme, terutama karya Antoni Gaudi, banyak melahirkan pemain muda kelas dunia.
Tersebutlah La masia, akedemi sepak bola milik klub Barcelona, tak pernah gagal mencetak pemain muda berlaga di pentas dunia sepak bola. Dari sekian banyak bintang sepak bola lulusan La masia, nama Lionel Messi paling bersinar di jagat sepak bola. Selain Messi, nama lain seperti Xavi Hernandes, Andres Iniesta, Charles Puyol, hingga pelatih bertangan dingin Pep Guardiola, semuanya jebolan La Masia.
Jagat sepak bola tak pernah lekang oleh sang superstar Messi. Setelah meraih puncak kesuksesakan di perlehatan piala dunia, segudang tropi dan pemain terbaik disandang sepanjang kariernya.
Sepertinya, era keemasan Messi akan terganti oleh sosok pemain muda tanggung, jebolan La Masia. Akhir-akhir ini, namanya mencuat dan mencuri perhartian publik, setelah aksi gemilangnya di setiap pertandingan.
Adalah Lamine Yamal, anak muda berusia 17 tahun. Debutnya di Barcelona terbilang baru, tapi, Yamal sudah mengantarkan Blaugrana menjuarai empat gelar kompetisi, yakni La Liga, Copa del Rey, Supercopa Spanyol, dan Piala Eropa bersama Spanyol. Jam terbang Yamal di pentas dunia masih terbilang baru. Prestasi dan gaya bermain saat berada di akademi La Masia, memikat pengurus dan pelatih Barcelona merekrut Yamal bermain di klub besar Barcelona. Walaupun, umurnya masih sangat muda, 15 tahun, kala itu.
Meski masih remaja, keterampilan dimiliki Yamal, layak bersaing dengan pemain senior. gaya khasnya tenang, sering membuat lawannya terkecoh, ditambah lagi memiliki kecepatan, dan akurasi tembakan. Tidak jarang, penjaga gawang tak berkutik mengatisipasi tembakan yang meleset masuk ke jaring gawang. Selain keterampilan yang mumpuni, mentalitas seorang Yamal tak diragukan lagi. Mengahadapi pemain senior, Yamal tak sedikit pun terlihat canggung, apalagi minder sebagai pemain muda.
Adalah Xavi Hernandes pemain legendaris Barcelona yang menjadi pelatih Barcelona. Pertama kali mempercayai Yamal, yang masih 15 tahun, memulai debutnya di kancah La Liga. Kesempatan itu tak disia-siakan, Yamal tampil memukau, mencuri perhatian penonton. Yamal menunjukkan kelasnya. Posisi winger kanan, perannya memberi umpan silang ke jantung lawan, tanpa ragu, ia sering memotong ke dalam dan melesatkan tembakan kaki kirinya.
Kemampuan dribbling-nya sungguh memukau, lincah dan sulit diprediksi. Tak jarang penonton dibuat tercegang, menggiring bola melewati pertahanan lawan, meliuk-meliuk, seolah bola tak mau pergi dari alunan kakinya. Banyak lawan dibuat terkecoh, dengan mudah lawannya ditaklukan dengan satu dua tarian. Ketika sedikit saja ada celah, tanpa ragu, kakinya melesatkan bola dengan tingkat presisi yang tinggi, penjaga gawang lawan dibuat tercegang, tak menyadari jika gawangnya sudah dibobol. Keterampilan menguasi bola bukan hal rumit bagi Yamal, kemampuan itu sudah dia miliki saat masih berada di La Masia. Banyak orang memprediksi kemampuannya itu mirip Lionel Messi.
Visi dan kreativitas seorang Yamal tak diragukan, ketika pertandingan sedang berlangsung. Kebanyakan gol lahir dari umpan terobosan atau crossing dibuatnya. Insting seorang Yamal sangat tajam membaca pergerakan lawan dan kawan, dia tahu persis, kapan waktunya menguasai bola dan memberi umpan terobosan kepada rekan setimnya. Menurut data Yamal menyumbang 28 assist sepanjang musim 2024-2025. Hal itu, membuat dia dinobatkan sebagai pemain dengan jumlah assist terbanyak sepanjang musim pertandingan.
Kecepatan dan akselerasi sang bintang muda ini tak perlu diragukan pula. Kecepatannya dalam merespon serangan balik menjadi ancaman serius bagi tim lawan. Di banyak pertandingan, Yamal membuktikan kepiwaiannya bergerak cepat menyerang balik gempuran lawan dengan teknik memukau, hingga lawan tergopoh-gopah dibuatnya. Tak jarang, keadaan seketika berubah, seakan tak percaya gol terjadi secepat kilat.
Kemampuan lainnya yang sangat ditakuti lawan, saat finishing. Kelebihan kaki kirinya banyak memakan korban. Setiap peluang datang tak pernah disia-siakan. Celah sekecil pun, akan menjadi peluang tercipta gol dari ayunan kaki kirinya yang tajam, baik dari luar maupun dalam kotak penalti. Ketajamannya mencetak bola bahkan dari sudut sempit sekalipun, membuat lawan tak habis pikir, bertekuk di hadapannya. Para peminat bola terkesima menyaksikan the young star.
Satu lagi kehebatan anak muda ini yang genap berusia 18 tahun, 13 juli 2025 mendatang. Ketangguhan mentalitas yang dimilkinya ketika menghadapi pemain lebih tua di pertandingan-pertandingan bergengsi. Tensi permainan yang sangat tinggi sekalipun, Yamal tak sedikit pun ragu, canggung atau gentar. Bukti kedewasaan ditunjukkan Yamal, dengan kepercayaan diri yang tinggi, tak ragu mengambil keputusan di tengah permanian bertensi tinggi.
Gaya permainan Yamal yang lebih condong pada penguasaan bola, kerjasama tim, dan taktik permainan, tentu saja tidak lepas dari godokan akademi La Masia. Gaya bermain yang konsisten dan jam terbang, bakal menentukan masa depan Yamal. Usianya yang sangat muda, membuat sejumput pemerhati bola memprediksi, Yamal akan mengantikan, Greatest of All Time, Lionel Messi.
Tak ada yang mustahil, membayangkan Yamal melawan kemustahilan, bukan sesuatu yang tabu. Gelar pemain muda terbaik di kancah Piala Eropa 2024 silam, membuat penampilannya makin bersinar dari waktu ke waktu. menanggapi ekspektasi publik sepak bola, Yamal tak lantas merasa dirinya di atas angin. Di depan awak media, dia menegaskan, setiap pemain memiliki identitasnya sendiri. Yamal akan mengukir sejarahnya sendirinya, tugasnya hanya memberi yang terbaik buat klub, soal nasib, setiap pemain akan menemukan takdirnya masing-masing.

Lahir di Kolaka, 16 April 1984. Aktif sebagai Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Desa. Sekarang bertugas di Kabupaten Bantaeng. Pernah mengikuti kelas menulis yang diselenggarakan oleh Rumah Baca Panrita Nurung dan Boetta Ilmoe-Rumah Pengetahuan Bantaeng.
Leave a Reply