Malam Penyaksian Ilahi

“Jika tak kau pahami cinta itu apa? Tanyalah malam! Tanyalah dari wajah pucat dan bibir yang kering.”  (Maulana Rumi)

Memutuskan suatu hal yang amat menentukan perjalanan hidup, adalah bagian penting dari seseorang. Kesadaran akan hal itu, tidak ujub-ujub muncul, jika bukan atas kehendak-Nya, maka Allah tidak memberikan pada makhluknya. Ketika Allah menghendaki seseorang, dan ingin mendekapnya, Dia memancarkan cahaya dalam jiwanya. Tak perlu mencari jauh, sebab di dalam diri terdapat tambang kemuliaan.

Di semenjana bulan, harum wangi semerbak Ramadan makin ramum. Allah Swt. menjanjikan di malam itu terdapat kemuliaan dan kesejateraan hingga terbit fajar. Rasulullah saw. bersabda: “Carilah Lailatul Qadr,” seolah kita menyambut tamu yang kembali dari perjalanan jauh. Musafir yang kembali biasanya membawa hadiah bagi keluarganya yang menyambutnya dengan baik. Demikian pula, Lailatul Qadr membawa “hadiah-hadiah spiritual” bagi orang-orang yang menyambutnya dengan ibadah.

Malam yang lebih baik dari seribu bulan itu, Tuhan menurunkan cahaya-cahaya spiritual. Orang-orang yang jiwanya bersih, akan merasakan keberlimpahan cahaya Ilahi. Isyarat Lailatul Qadr bagi pejalan ruhani, menegaskan akan kesadaran kadar atau nilai dirinya, dan penyaksian keagungan Tuhan secara langsung ke dalam hatinya. “Bagi pejalan ruhani malam agung itu semacam hidangan istimewa. Malam ini, bangkitlah dan jangan tunduk, agar kau melihat anugerah kebahagiaan. Semua keindahan berkilauan di waktu malam, namun mereka yang tidur takkan mendengar panggilan suci.” (Ghazal 258, Maulana Rumi).

Kesadaran dan penyaksian keagungan Ilahi semacan stasiun spiritual yang didapat pada malam-malam Qadr. Pada malam itu, para pejalan ruhani larut dalam percakapan mesra dengan Tuhan. Malam-malam itu terasa singkat, mereka tenggelam dalam lautan tak bertepi. Sebaliknya, bagi mereka yang masih tertawan kelemekatan duniawi, malam itu terasa panjang, sebab, mereka sibuk memikirkan pahala dan keuntungan pribadi.

Pada perspektif sufistik, di malam-malam Qadr, Tuhan secara khusus menurunkan malaikatnya untuk membawa segala urusan. Bagi manusia yang sejak awal telah siap menerima emanasi cinta-Nya, akan dilimpahkan rahmat, ampunan dan kebaikan. Tidak hanya itu, Tuhan juga memancarkan cahaya-cahaya spiritual. Bagi hati yang bersih dapat merasakan kehadiran malaikat dan limpahan cahaya Ilahi.

Sudah menjadi mafhum, di malam-malam Qadr ditandai berbagai ritual ibadah. Pada malam itu, serasa penuh kedamaian. Angin berembus perlahan-lahan menandakan malam itu banjir keberkahan. Doa-doa keselamatan terijabah, tabir-tabir penghalang tersibak. Mereka yang sampai pada tingkat makrifat tak ada lagi penghalang dirinya dan hakikat.

Sesungguhnya, penyaksian Lailatul Qadr bersemi dalam jiwa, tak perlu mencari jauh keluar. Syaratnya, manusia mesti mengetahui kadar dirinya. Salama manusia belum menyadari kadar diri, selama itu pula, Lailatul Qadr jauh dari dirinya. Bukankah menyadari kadar diri, lebih baik dari seribu bulan. 
Penyaksian Ilahi pada malam Qadr tak lain adalah perjalanan eksistensial. Upaya sungguh-sungguh di jalan itu, mengantarkan manusia pada tingkat makrifat. Pengalaman ruhani itu terjadi pada diri Rasullah. Tepat di malam Lailatul Qadr, Qur’an turun secara menyeluruh ke dalam hati Rasulullah.

Dalam penjelasan Ibnu Arabi, bahwa Lailatul Qadr bukan sekadar malam, tetapi kondisi tertentu dalam maqam kenabian Rasulullah saw. Ditengarai, ketika itu Nabi berada dalam keadaan hijab pada maqam qalbu, setelah menyaksikan Dzat Ilahi. Dengan kata lain, setelah mencapai maqam penyaksian tertinggi, Rasulullah saw kembali ke realitas qalbu sebagai penerima wahyu.

Bercermin pada perjalanan Ruhani Nabi saat malam Qadr, hal ini berarti, wahyu tidak bisa turun ke sembarang hati, tetapi mesti turun pada hati yang telah mencapai maqam tertentu dalam perjalanan spiritualnya. Ibnu Arabi, menerangkan, kata al-Qadr disematkan sebagai kemuliaan Rasulullah saw. Kemuliaan sejati beliau tidak bisa dikenali, kecuali dalam maqam tertentu, yaitu maqam hati.

Ketika Allah Swt. bertanya, “Dan tahukah kamu apakah malam al-Qadr itu?” Pertanyaan ini menegaskan bahwa keagungan Lailatul Qadr berada di luar jangkauan pemahaman manusia biasa. Pada malam itu bukan hanya malaikat turun atas perintah Allah, tetapi juga kekuatan spiritual yang meliputi langit dan bumi. Ini adalah malam penyingkapan segala urusan, hukum, dan ketetapan Ilahi yang berkaitan dengan eksistensi manusia.

Sebelum fajar menyingsing, malam itu dipenuhi kesejaterahan, hingga fajar menampakkan wajahnya. Sejahtera artinya, bebas dari segala kekurangan. Jiwa telah sampai pada penyaksian Ilahi, setelah sebelumnya mencapai kesadaran penuh akan Tuhannya.

Kesadaran dan penyaksian di malam Lailatul Qadr, sebuah pencapaian ruhani yang diraih seseorang,  sesuai dengan kadar eksistensi dirinya melalui ibadah-ibadah yang dikerjakannya. Tanda memperoleh kesadaran tentang kadar dirinya itu, bisa dikenali dengan kesanggupan dirinya menahann segala penderitaan, agar cahaya Ilahi sampai pada batin jiwanya. Jiwanya benar-banar dilatih untuk meraih kemuliaan Lailatul Qadr.

Bulan Ramadan serupa hadiah Tuhan kepada manusia agar bisa sampai pada kadar dirinya. Mereka yang tahu kadar dirinya adalah orang yang mendapatkan percikan Lailatul Qadr. Dan mereka yang tahu kadar dirinya, akan tersingkap  penyaksian Ilahi berkat kehendak-Nya. Sebagaimana Maulana Rumi menabalkan dalam kitab Matsnawi:

“Tak akan ada pecinta yang akan sampai pada kekasih-Nya, kecuali kekasihnya menginginkannya.
Jika kilatan cinta hadir di dalam hati seorang pecinta, ketahuilah di dalam hati kekasih juga ada cinta.
Tak kan ada suara tepuk tangan, hanya dari satu tanganmu tanpa tangan yang lain karena pemuda itu telah mengetuk dengan sebuh harapan, akhirnya satu hari nanti dia akan menyendiri dengan kekasihnya.
Oh Tuhan! Tanpa aku tahu, Engkau telah menciptkan sebab-sebab, yang telah membawaku dari gerbang neraka menuju surga.
Engkau telah menjadikan urusan ini sebagai sebab, agar aku tidak memandang hina satu duri pun”. 
  

Kredit gambar:





Comments

One response to “Malam Penyaksian Ilahi”

  1. Muh. Iqbal Avatar
    Muh. Iqbal

    Melam penuh berkah..
    Lebih mulia dari 1000 bulan..
    Hadiah besar yang disiapkan Allah
    Bagi yang mencari dan dikehendaki Allah.

    Semoga kita dikehendaki Lailatul Qadr. Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *