Desa Cerdas Bersama Ruang Komunitas Digital Desa

Melata dari satu desa ke desa lainnya, sungguh merupakan salah satu cara menyenangkan diri. Apatah lagi dibarengi dengan kegiatan percakapan. Persuaan dengan warga desa, saling berbagi pengetahuan, menjadi agenda saya di pucuk tahun, Desember 2024.

Sabtu, 14 Desember 2024, saya bertandang ke Kecamatan Uluere, Bantaeng. Persisnya, di dua desa. Pagi-siang di Desa Bontomarannu dan siang-jelang sore di Desa Bontolojong. Tajuk acara, tiada lain menguatkan literasi digital, lewat workshop yang digelar oleh Ruang Komunitas Digital Desa (RKDD). Kedua acara itu bertempat di aula kantor desa masing-masing. Kader-kader digital desa yang menjadi peserta, sekitar 20 kader setiap desa.

Sudah jamak diketahui, RKDD, sebentuk ruang publik yang digunakan masyarakat desa untuk berdiskusi, belajar, dan menciptakan solusi inovatif berbasis teknologi digital. Dalam pelaksanaannya, RKDD melibatkan seluruh masyarakat, aparat pemerintahan desa serta mitra kerja yang mempunyai potensi memberikan ide dan gagasan. 

Adapun tujuan RKDD, serupa merupakan sarana atau tempat berkumpulnya anggota komunitas literasi digital yang dikoordinir oleh Kader Digital Desa, yang difasilitasi oleh pemerintah desa terkait sarana dan prasarana, baik berupa gedung maupun fasilitas lainnya, memiliki tujuan di antaranya, pertama, meningkatkan literasi digital. Membangun pemahaman masyarakat desa terhadap penggunaan teknologi dan internet secara produktif.

Kedua, mendorong inovasi lokal. Membuka peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan produk unggulan desa dengan bantuan teknologi digital. Ketiga, memperluas akses informasi. Menyediakan akses yang lebih mudah dan cepat terhadap informasi penting yang mendukung pengambilan keputusan. Keempat, memperkuat ekosistem digital desa. Mengintegrasikan layanan digital seperti administrasi desa, promosi produk lokal, dan pendidikan berbasis teknologi.

Lahirnya RKDD, tidak bisa dilepaskan dari Program Desa Cerdas (Smart Village). Sewajah konsep pendekatan pembangunan yang mendorong desa untuk melakukan transformasi pemanfaatan teknologi. Ditujukan buat peningkatan kualitas layanan dasar serta pembangunan desa berbasis pemberdayaan masyarakat yang inklusif.

Diharapkan pula berkelanjutan melalui peningkatan sumber daya manusia dalam pemanfaatan teknologi secara efektif, guna mendorong terciptanya solusi pembangunan lokal yang inovatif, terbangunnya jejaring desa cerdas yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan secara berkelanjutan, agar mendorong tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). 

Desa Cerdas dapat dilihat pada hadirnya, pertama, Smart Mobility. Pemanfaatan sistem transportasi dengan menggunakan teknologi tinggi berupa teknologi elektronik, komputer, dan telekomunikasi agar dalam penggunaanya dapat memberikan kemudahan dan efisiensi, baik itu dari segi waktu, biaya, ataupun tenaga serta ramah lingkungan.

Kedua, Smart Governance. Sebuah program yang dilakukan oleh pemerintah desa dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk menerapkan e-governance, mempermudah pelayanan publik dan mempermudah penyebaran informasi pembangunan kepada masyarakat secara transparan, akuntabel dan mendidik.

Ketiga, Smart Economy. Merupakan kumpulan program ekonomi cerdas dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat, melalui kegiatan produktif berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk mengakselerasi percepatan pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Keempat, Smart Living. Sebuah program yang menginisiasi warga untuk menciptakan lingkungan yang sehat, asri, bersih, asli dan rapi, dalam rangka menjaga lingkungan desa, demi anak cucu di masa mendatang secara berkelanjutan.

Kelima, Smart Environment. Program pengelolaan lingkungan yang pintar, dengan memperhatikan lingkungan hidup dalam pembangunan kota. Ide dasarnya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dengan menjadikan elemen teknologi sebagai elemen pendorongnya.

Bila kelima smart itu menyata, maka Desa Cerdas akan memiliki segudang manfaat di antaranya: meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pemanfaatan teknologi digital, pemanfaatan teknologi sehingga terwujudnya smart economy, serta peningkatan sarana infrastruktur digital untuk mencapai smart mobility di desa.

Keberadaan Ruang Komunitas Digital Desa (RKDD) di desa, sebagai inisiatif berbasis komunitas yang digagas untuk memanfaatkan teknologi informasi bagi masyarakat pedesaan. Inisiatif ini merupakan upaya buat mencerahkan dan mengedukasi masyarakat lokal dengan memobilisasi kekuatan kolektif komunitas dari berbagai elemen, serta mendorong pelaksanaan program pelayanan publik berkualitas yang diintegrasikan dengan teknologi informasi. 

Menurut Muhammad Yunus, Koordinator Duta Literasi Digital Bantaeng, dari 46 Desa di Bantaeng, hanya ada 30 desa yang ada duta dan kader digitalnya. Duta dan kader digital inilah yang menggerakkan RKDD. Salah satu bentuknya berparas workshop.

Nah, salah satu item workshop yang dihadirkan berupa literasi digital. Tajuknya, “Workshop Literasi Digital”. Sebagai pegiat literasi dan pemerhati desa, saya diajak mempercakapkan sekaitan literasi digital dengan penguatan kapasitas kader digital di desa.  

Pokok percakapan paling tidak ada dua (a) membantu peserta memahami dasar-dasar penggunaan teknologi digital, seperti komputer, internet, dan perangkat lunak dasar (b) mengajarkan keterampilan praktis dalam menggunakan alat-alat digital seperti aplikasi produktivitas, cerdas bermedia sosial, dan alat kolaborasi online.

Usai helatan workshop di Desa Bontomarannu dan Bontolojong, kawan-kawan kader digital plus duta digital mengajak saya ke satu destinasi wisata di Bontolojong yang cukup fenomenal. Namanya: Rumah Kentang. Saya sendiri sudah dua kali ke destinasi ini. Amboi amat menyenangkan buat melepas kepenatan. Pucuk sore menuntaskan tandangan ini. Insyaallah, bila kawan-kawan kader dan duta literasi digital mengawal desa dengan kematangan literasi digital, maka desa akan makin cerdas dalam bermedia digital.

Semula saya mengira hanya dua desa yang mengajak saya berliterasi digital dalam kegiatan workshop. Ternyata, saya merasa menjadi “lelaki panggilan” digilir ke beberapa desa di Bantaeng. Desa Mamampang, Jumat, 20 Desember 2024. Desa Pa’bentengang, Sabtu 21 Desember 2024. Desa Lumpangang, Minggu 22 Desember 2024. Desa Mappilawing, Senin pagi, 23 Desember 2024. Desa Lonrong, Senin siang, 23 Desember 2024, dan pucuknya di Desa Nipa-Nipa, Jumat, 27 Desember 2024. Dan, menurut kabar angin akan ada lanjutannya di tahun 2025(?). Entahlah.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *