Sudah tak terhitung jumlahnya, saya sangat sering mendapati orang mengucapkan: Saya tidak bisa, saya sulit melakukannya, itu hanya teori dan susah praktiknya, saya kalau kena hujan pasti flu, saya kalau habis makan ketan pasti asam lambungku naik.
Atau ungkapan semisal: Saya tidak bisa sembuh, saya harus minum obat seumur hidup, saya sudah tua jadi saya sakit-sakitan, saya kalau naik mobil lama pasti mabuk, saya lambat loading (lalod), dari dulu saya memang begitu, dan ini memang sudah takdirku.
Kalimat kalimat tersebut di atas spontan diucapkan. Deretan kalimat tersebut biasa diistilahkan dengan self talk, yaitu pernyataan yang keluar dari seseorang, untuk menggambarkan kondisinya. Pernyataan ini sebetulnya tidak lahir begitu saja, melainkan sebuah hasil dari pikiran, yang biasa disebut dengan konsep diri.
Konsep diri adalah cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas konsep diri negatif dan positif. Beberapa kalimat di atas adalah contoh dari hasil konsep diri negatif.
Berdasarkan penelitian, bahwa pikiran mampu mencipta kenyataan. Begitu pun kalimat yang keluar dari mulut kita (self talk) , itu juga memiliki energi, memiliki kekuatan dan akan sangat memengaruhi kenyataan.
Orang yang terlanjur memiliki konsep diri negatif, biasanya, kenyataannya akan sesuai dengan apa yang dipikirkan dan kemudian terucapkan. Hal ini sangat penting untuk menjadi perhatian, sebab sangat memengaruhi kenyataan, khususnya di dunia kesehatan .
Saya banyak menemukan konsep diri negatif pada pasien pasien yang divonis oleh dokter, seperti minum obat seumur hidup, tidak ada lagi obatnya, tidak bisa lagi sembuh dan berpantang makanan, dan minuman tertentu untuk selamanya.
Konsep diri sangat dipengaruhi oleh apa yang kita dengar, baca, nonton, dan itu disampaikan oleh orang yang kita anggap punya otoritas akan hal tersebut. Misalnya, seseorang yang meyakini tidak bisa lagi sembuh, bermula dari penyampaian dokter, yang dianggap memiliki otoritas untuk menyampaikan itu. Tentu saja akan menjadi berbeda, jikalau yang menyampaikan adalah seorang pedagang.
Lalu apa efek dari konsep diri negatif tersebut? Efeknya adalah sangat bisa memengaruhi semangat hidup, kreativitas, produktivitas, pasrah dengan kondisi dan sangat bisa menjadi putus asa, putus harapan, menjalani hidup seadanya dan pesimis akan masa depannya. Padahal , putus asa itu terlarang dalam agama kita, sebab al Quran sudah menerangkan untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah, sebab yang berputus asa itu hanyalah orang kafir.
Sampai di sini, jelas yah terkait dengan konsep diri negatif, contoh dan pengaruhnya pada kehidupan kita.
Kalau begitu, ayo kita beralih ke konsep diri positif, dan kita mulai dengan senyuman. Kita senyumi konsep diri negatif di atas.
Sebab konsep diri adalah produk pikiran, maka untuk mengubah konsep diri negatif menjadi positif, itu juga harus bermula dari pikiran. Lalu apa yang mesti dilakukan? Dan dari mana mesti mulai?
Tahapannya adalah bermula dari berpikir proses. Bahwa pandanglah diri kita selalu dalam bingkai berproses menuju yang lebih baik. Buka mata, buka pikiran , dan buka hati kita, bahwa hidup ini dinamis dan fleksibel. Setelah itu, kita masuk pada proses perubahannya.
Untuk terjadinya perubahan, setidaknya ada dua hal yang dibutuhkan, yaitu (1) ilmu (2) kemauan dan kesadaran untuk berubah.
Kedua hal tersebut harus dimiliki dan menjadi syarat untuk perubahan. Tanpa ilmu, kemauan untuk berubah akan salah arah sebab tanpa tuntunan. Bahkan, terkadang tidak tahu harus berbuat apa. Sementara memiliki ilmu tanpa kesadaran untuk mau berubah, maka juga hanya sebatas ilmu.
Sebagai contoh kasus, orang yang meyakini bahwa saya tidak bisa lagi sembuh, karena dokter berkata demikian. Mari kita membedahnya dengan argumentasi, pertama, kesembuhan adalah wilayahnya Allah swt. Karena itu, sangat tidak patut kalau ada makhluk yang bernama dokter memasuki wilayahnya Allah Swt.
Kedua, medis bukan satu satunya jalan pengobatan dan penanganan kesehatan seseorang. Ketiga, berdasarkan akal sehat, seharusnya kita tinggalkan vonis tidak bisa sembuh tersebut, ke yang masih bisa memberi harapan kesembuhan. Untuk apa menggantungkan harapan pada sesuatu yang tidak lagi bisa memberikan harapan. Karena itu, segera putus hubungan dengan dokter.
Keempat, karena sudah putus hubungan dengan dokter, maka mari melirik model pengobatan dan penanganan kesehatan yang lain.
Dengan adanya argumentasi di atas, maka kita pun akan lebih pro aktif untuk mencari informasi/ilmu terkait kesembuhan, dan pada akhirnya akan memengaruhi kesadaran untuk berubah, yang sebelumnya pesimis kemudian menjadi optimis.
Dengan kehadiran optimisme tersebut, maka akan mampu mengubah konsep diri yang bersangkutan, sehingga yang dulunya negatif, akan berubah menjadi positif. Sebagai contoh perubahannya, bisa dilihat pada konsep diri positif, diantaranya:
Bismillah, saya bisa melakukannya dan semuanya akan baik baik saja.
Sekarang dan seterusnya, saya menjadi pribadi yang lebih baik, produktif , kreatif dan sangat optimis menjalani kehidupan.
Saya akan disembuhkan oleh Allah Swt., sebab kesembuhan adalah wilayahnya Allah Swt.
Saya akan sembuh dengan metode pengobatan holistik, sebab , metode ini jauh lebih sempurna , karena tidak hanya mengatasi fisik, melainkan juga pikiran, emosi dan spiritual.
Memiliki konsep diri yang positif sangat penting. Sebab, akan sangat memengaruhi kualitas kehidupan seseorang. Dengan konsep diri yang positif, putus asa, putus harapan, pesimisme, penderitaan adalah masa lalu.
Karena itu, saya mengajak semuanya untuk move on , dengan penuh keyakinan plus semangat membara untuk selalu memiliki konsep diri positif. Ayo sahabat holistik , kita menjalaninya dengan slogan, “Selalu ada jalan”.
Kredit gambar: Medium.com

Seorang terapis. Bergiat di Sekolah dan Terapi Pammase Puang Holistik Center Makassar. Dapat dihubungi pada 085357706699.


Leave a Reply