Saat PKK Menemukan Makna Inovasi

“Inovasi bukan soal menemukan hal baru, tetapi menemukan cara baru untuk peduli.”

Di tengah rutinitas kegiatan pemberdayaan keluarga, ada sebuah momen penting yang menyalakan kesadaran baru di kalangan pengurus Tim Penggerak PKK di Kabupaten Bantaeng.

Melalui Workshop Inovasi bagi Pengurus TP PKK Kabupaten, Kecamatan, Desa, dan Kelurahan, yang dilaksanakan di Ruang Pola Kantor Bupati Bantaeng (16/10/2025), Ibu Bupati Bantaeng yang juga merupakan Ketua TP PKK ingin menumbuhkan satu nilai penting: bahwa setiap kader PKK sebenarnya punya potensi untuk menjadi inovator di lingkungannya masing-masing.

Saya hadir sebagai narasumber. Oleh panitia dalam pengantarnya menyampaikan alasannya karena narasumber berpengalaman mendampingi inovasi di Perangkat Daerah dan telah meraih sejumlah prestasi di Nasional.

Dalam ruang pelatihan yang penuh antusiasme, para pengurus PKK dari berbagai tingkatan duduk bersama, berbagi cerita, dan belajar mengenali kembali makna inovasi. Banyak dari mereka mengira inovasi hanya milik orang-orang dengan teknologi canggih atau lembaga besar dengan anggaran besar. Namun, setelah berdialog, mereka tersenyum ketika menyadari, “Oh, ternyata yang kami lakukan selama ini juga termasuk inovasi!”

Inovasi itu Dekat dan Sederhana

Ketika ditanya apa yang sudah mereka lakukan, berbagai cerita menarik bermunculan. Ada kelompok PKK yang mengubah kegiatan posyandu menjadi ajang edukasi gizi keluarga dengan menu lokal, ada pula yang membuat bank sampah keluarga berbasis dasa wisma, bahkan ada yang menggagas taman baca kecil untuk anak-anak di kampung.

Semuanya berangkat dari kepedulian terhadap masalah di sekitar mereka-tentang gizi anak, kebersihan lingkungan, atau minat baca, dan mencoba mencari cara baru untuk menjawabnya. Mereka tidak menyebutnya sebagai “inovasi”, tapi sebenarnya itulah inti dari inovasi: menemukan cara baru untuk memperbaiki hidup bersama.

Dalam workshop itu saya menekankan bahwa inovasi tidak harus besar, mahal, atau rumit. Inovasi bisa dimulai dari langkah sederhana: memperbaiki kebiasaan lama yang kurang efektif, atau menambahkan sentuhan baru dalam kegiatan yang sudah ada agar lebih berdampak.

Melihat, Merasakan, dan Bertindak

Salah satu sesi yang paling hidup adalah ketika para peserta diajak melakukan refleksi menggunakan pendekatan sederhana: Melihat – Merasakan – Bertindak.

Melihat, artinya mengamati dengan jeli apa masalah nyata di lingkungan kita.

Merasakan, artinya menempatkan diri dalam sudut pandang masyarakat, memahami apa yang mereka butuhkan.

Bertindak, artinya berani mencoba solusi, sekecil apa pun langkahnya.

Dari proses ini, muncul banyak ide segar. Seorang kader dari kecamatan Eremerasa misalnya, menyampaikan ide membuat Pojok Sehat Ibu dan Anak di posyandu, sementara dari kecamatan Gantarangkeke ada rencana menghidupkan kembali Bank Pangan Rumah Tangga dengan konsep gotong royong.

Melihat mereka saling menginspirasi, terasa jelas bahwa inovasi bukan hanya tentang hasil, tapi juga tentang cara berpikir baru. Inovasi adalah ketika seseorang berani mengatakan, “Kita bisa melakukan ini dengan cara yang lebih baik.”

Bekal Baru Menghadapi Tantangan Zaman

PKK selama ini dikenal dengan program dasa wisma, kegiatan posyandu, dan pemberdayaan keluarga. Namun sesungguhnya, PKK juga adalah sekolah kepemimpinan sosial. Dari sinilah banyak perempuan belajar memimpin, mengambil keputusan, berkomunikasi, dan berkolaborasi.

Dalam konteks pembangunan daerah, peran ini sangat penting. PKK dapat menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat dalam menerjemahkan kebijakan menjadi tindakan nyata di lapangan.

Melalui penguatan kapasitas inovasi, para pengurus PKK kini memiliki bekal baru untuk menghadapi tantangan zaman. Mereka tidak hanya menjalankan program rutin, tetapi mulai memikirkan bagaimana setiap kegiatan bisa menghadirkan dampak yang lebih luas dan berkelanjutan.

Ibu Bupati dalam arahannya yang dibacakan oleh Ketua Pokja II, menegaskan bahwa inovasi harus dimulai dari kesadaran untuk berubah dan memperbaiki. “Jangan tunggu program dari atas,” pesan beliau, “karena perubahan bisa lahir dari ide kecil di rumah, di dusun, atau di posyandu.”

Pesan itu sederhana, tapi maknanya dalam: bahwa PKK adalah ujung tombak perubahan sosial, dan inovasi adalah caranya untuk tetap relevan di setiap waktu.

Menumbuhkan Budaya Inovasi di PKK

Dari hasil workshop, para pengurus sepakat untuk menindaklanjuti kegiatan ini dengan membentuk Tim Kecil Inovasi PKK di setiap kecamatan. Tugas tim ini adalah mengidentifikasi kegiatan yang sudah berjalan baik, menuliskannya dalam bentuk cerita praktik baik (best practice), dan menyebarkan inspirasi ke kelompok lain.

Kami dari tim pendamping akan membantu memfasilitasi proses ini-mulai dari identifikasi ide, pendokumentasian kegiatan, hingga penyusunan proposal inovasi sederhana. Dengan cara ini, diharapkan akan tumbuh budaya baru di lingkungan PKK: budaya berbagi ide dan belajar bersama.

Ketika budaya ini mengakar, PKK akan menjadi rumah bagi para pelaku perubahan-tempat di mana gagasan kecil bisa tumbuh menjadi gerakan yang membawa manfaat besar.

*

Kabupaten Bantaeng selama ini dikenal sebagai daerah yang inovatif. Kini, semangat itu menyebar hingga ke tingkat keluarga melalui gerakan PKK. Melihat semangat para peserta workshop, saya percaya: masa depan inovasi daerah tidak hanya lahir dari ruang-ruang birokrasi, tetapi juga dari ruang dapur para ibu, dari posyandu kecil di kampung, dari taman baca yang digagas secara swadaya, dari langkah-langkah sederhana yang penuh ketulusan.

Ketika PKK menemukan makna inovasi, sejatinya yang mereka temukan adalah makna kemanusiaan itu sendiri-semangat untuk terus berbuat baik dengan cara yang lebih baik. Saya juga percaya, jika setiap kader PKK mampu menjadi pelaku inovasi sosial, maka sesungguhnya kita sedang menyiapkan masa depan yang lebih mandiri dan berdaya.

Inovasi tidak selalu bersinar terang di panggung besar; kadang ia menyala lembut di hati-hati yang mau berbuat baik tanpa pamrih.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *