The Art of Seduction merupakan buku ketiga Robert Greene yang saya baca. Setelah jatuh hati dengan The 48 Laws of Power, saya mulai mencari buku-buku Greene yang lain.
Saya terpikat dengan cara Greene mengemas buku self improvement. Bukan hanya sekadar memberikan opini atau motivasi semata, namun ia memberikan contoh kasus sejarah yang berulang, analogi, strategi secara lugas dan tajam.
Asal kata “seduction atau bujuk rayu” dalam bahasa latin berarti “membuat tersesat”. Benarkah buku ini membuat tersesat? Atau justru sedari awal kita sudah tersesat lalu dibuat sadar?
Buku ini terbit pertama kali di tahun 2001, dan telah terjual lebih dari 1 juta eksemplar. Greene sendiri penulis yang bergerak di bidang strategi, rayuan, dan ilmu manipulasi.
Ada dua versi The Art of Seduction. Yang versi ringkas (226 halaman) dan versi lengkapnya (496 halaman). Versi lengkapnya sendiri hanya tersedia dalam bahasa Inggris. Versi ringkas, hanya membahas dua bab. Yakni Bab pertama : Karakter si Penakluk (The Seductive Character) dan di Bab Kedua: Proses Rayuan (The Seductive Process). Tanpa ada Bab Ketiga dan Keempat. Mengenai Pembahasan Bahaya dan Perangkap (The Anti-Seducer, Mistakes to Avoid), dan Bagaimana Bertahan dan Melawan (Strategies to Resist Seduction).
Di bab pertama, terdapat 9 karakter perayu: The Siren: Sang Wanita Pemikat, The Rake: Si Pria Hidung Belang, Tipe Kekasih Ideal, Tipe Dandy : Si Pesolek, Tipe Perayu Alami atau Natural, Tipe Coquette : Si Genit, Tipe Charmer : Si Penebar Pesona, Tipe Karismatik, dan Tipe Bintang.
Pada setiap babnya, Greene memberikan potensi dan keunggulan setiap karakter. Baik lelaki maupun perempuan. Lalu dilanjutkan bab Bagaimana Proses Bujuk Rayu tersebut.
Greene berpendapat, jika ingin menjadi satu atau beberapa karakter perayu pada buku ini, perlu disesuaikan dengan karakter bawaan agar terlihat alami. Jika dipaksakan, palsunya akan dengan mudah tercium dan akan dianggap sebagai gangguan. Di titik ini saya merasa sifat tulus dan manipulasi itu beda tipis.
Buku ini menekankan bahwa semua langkah-langkah harus dilakukan secara perlahan agar alami, kesabaran yang tidak datang hanya dalam hitungan hari tapi bulan demi bulan.
Namun, bisa dipastikan akan tepat sasaran. Jika target sudah terpikat, Greene menuliskan langkah selanjutnya. Dan ia juga mengarahkan apa yang dilakukan jika target sadar bahwa ia dimanipulasi. Satu di antaranya, sebagai pelaku, harus mengembalikan rasa aman mereka. Sehingga dugaan target bahwa mereka dimanipulasi bisa terbantahkan dengan sendirinya.
Tabir asap atau manipulasi hanya berlaku bagi kategori orang tertentu. Dan sebagai pelaku, harus pandai menentukan target dari awal. Agar tidak membuang waktu dan tenaga sia-sia, pelaku harus pandai membaca tanda dan gerak-gerik target dari awal. Dan ketika tabir asap sudah siap dihembuskan, maka target akan terbuai dan tidak sadar bahwa ia telah diselubungi asap.
Kelebihan buku ini, bisa diterapkan di semua lini sosial bukan hanya persoalan asmara. Dan bisa menggali potensi diri dan jika ingin belajar menurunkan ego — terlalu mementingkan diri sendiri, tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu, atau ingin segera mendapatkan apa yang diinginkan. Sekaligus buku yang tidak tepat jika pembaca tidak sabaran, ingin hasil cepat, dan pribadi yang blak-blakan.
Kekurangan versi ringkas, sayangnya hanya membahas sampai di bagian kedua. Padahal bagian Mengenai Pembahasan Bahaya dan Perangkap (The Anti-Seducer, Mistakes to Avoid), dan Bagaimana Bertahan dan Melawan (Strategies to Resist Seduction), tidak kalah pentingnya.
Apakah setelah membaca The Art of Seduction otomatis bisa menguasai atau memikat semua orang? Jika buku hanya dibaca, tetapi tidak dipraktikkan, ia akan terlupakan. Sesuatu yang baru perlu dilakukan berulang-ulang untuk menjadi kebiasaan, dan terlihat alami. Begitu pun jika ingin terhindar sebagai target.
Namun, Greene juga mewanti-wanti, jangan sampai selama ini pembaca merasa angkuh dengan berhasil memikat target, tapi yang terjadi sebaliknya. Bisa jadi target juga memainkan perannya. Dan sebelum menguasai orang lain, pastikan dulu bisa menguasai diri sendiri.
Yang jadi pertanyaan saya, apa ada orang yang betul-betul mau repot dan meluangkan waktu, bulan demi bulan dan dirinya, untuk memanipulasi orang lain demi kepentingannya?
Buku ini dapat menjadi bacaan manipulatif, jika pembaca ingin berperan sebagai pemikat, bisa menjadi pengingat agar terhindar sebagai korban, bisa menjadi penolong bagi orang terdekat, atau jika ingin menjadi pribadi yang tulus dan menyenangkan.

Menggambar dan menulis, sesekali jaga toko buku.


Leave a Reply