Awal Sebuah Kebangkitan
Di ujung selatan Sulawesi Selatan, di tanah yang dikenal dengan julukan Bumi Turatea, angin perubahan mulai berhembus kencang. Kabupaten Jeneponto, yang selama ini dikenal sebagai daerah yang keras menghadapi panas matahari dan tantangan pembangunan, kini sedang memahat kisah baru. Bukan sekadar cerita tentang infrastruktur atau program kerja, tetapi sebuah gerakan kebangkitan yang bertumpu pada satu kata: Inovasi.
Momentum itu dimulai ketika Bupati H. Paris Yasir bersama Wakil Bupati Islam Iskandar dilantik untuk memimpin. Mereka membawa visi sederhana namun kuat: Jeneponto Bahagia 2029 Berkelanjutan, Tangguh, Berdaya saing, Religius, Inklusif dan Melaju.
Mereka percaya, di tengah tantangan yang ada, Jeneponto memiliki sumber daya manusia yang mumpuni untuk melahirkan ide-ide besar. Tinggal bagaimana ide itu disulut, dipupuk, dan diwujudkan menjadi aksi nyata.
Gerakan One Agent One Innovation
Salah satu terobosan yang menjadi pondasi kebangkitan adalah gerakan “One Agent One Innovation” Satu Perangkat daerah, Satu Inovasi. Bupati memandang setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai agen perubahan. “Kalau setiap ASN membuat satu inovasi, bayangkan berapa banyak masalah yang bisa kita pecahkan bersama,” begitu pesannya dalam salah satu forum.
Gerakan ini tidak berhenti di tataran jargon. Pemerintah Kabupaten Jeneponto, melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, mulai menggelar rangkaian penguatan kapasitas.
Melalui kolaborasi dengan Lembaga Pattiro Jeka dan didukung Mitra Konsultan Inovasi Pelayanan Publik, gerakan ini diperkuat dengan rangkaian pelatihan, asistensi, konsultasi, hingga pendampingan langsung. Tujuannya jelas: memastikan setiap ide ASN berubah menjadi aksi nyata yang berdampak bagi masyarakat.
Saya masuk ke ruang-ruang rapat, kelas pelatihan, dan forum diskusi. Hadir untuk memantik semangat, memberi teknik, dan memastikan setiap ide tidak berhenti di kepala, tetapi mengalir menjadi aksi.
Dari sesi asistensi dan konsultasi, saya melihat mata-mata ASN berbinar. Mereka mulai percaya diri bahwa mereka mampu melahirkan karya yang bermanfaat. Bahkan, pendampingan ini tidak hanya mengarah pada gagasan, tapi juga membawa inovasi Jeneponto ke panggung nasional.
Menembus Panggung Nasional
Tidak butuh waktu lama bagi geliat inovasi ini untuk membuahkan hasil. Pada ajang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2025 yang diselenggarakan Kementerian PANRB, Jeneponto berhasil menorehkan prestasi yang membanggakan.
Empat Inovasi lolos seleksi administrasi, dan dua inovasi menjadi bintang: Cess Gammara dari RSUD Lanto Daeng Pasewang yang fokus pada penanganan stunting dan wasting, serta SIPASMI dari Dinas Perhubungan yang menghadirkan solusi cerdas dalam pelayanan transportasi. Keduanya berhasil menembus finalis KIPP Nasional, selangkah lagi menuju gelar Top Inovasi.
Bagi masyarakat Bumi Turatea, capaian ini bukan hanya sebuah penghargaan. Ini adalah bukti bahwa ASN mereka mampu berdiri sejajar dengan inovator dari seluruh penjuru negeri. Bahwa Jeneponto, yang selama ini sering dipandang sebelah mata, bisa menjadi sumber inspirasi.
Selain itu, dalam Penilaian Indeks Inovasi Daerah (IGA) oleh Kemendagri, Jeneponto menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Angka-angka yang dulu tertatih kini mulai menanjak, mengindikasikan bahwa roda inovasi benar-benar bergerak, bukan hanya di permukaan, tetapi hingga ke akar birokrasi.
KIND: Panggung Inovasi dari Desa hingga Kota
Inovasi di Jeneponto tidak hanya lahir di kantor-kantor dinas besar. Melalui Kompetisi Inovasi Daerah (KIND), yang digagas Bappeda dan Pattiro Jeka, berbagai gagasan kreatif dari sektor pendidikan, kesehatan, desa, dan kelurahan ikut bermunculan.
KIND menjadi panggung demokratisasi inovasi, semua punya kesempatan untuk bersuara dan berkontribusi. Guru-guru di pelosok desa mempresentasikan metode belajar kreatif yang membuat anak-anak lebih semangat. Tenaga kesehatan di puskesmas berbagi cara inovatif untuk meningkatkan kunjungan Ibu hamil ke Posyandu. Perangkat desa memperkenalkan sistem administrasi sederhana namun efektif untuk melayani warganya, dan mendorong pelestarian lingkungan berbasis ekowisata.
Dari Semangat Menuju Budaya Inovasi
Dalam sebuah sambutannya, Bupati Paris Yasir mengatakan, “Inilah momentum kebangkitan pembangunan di Jeneponto. Dengan inovasi, kita bukan hanya menyelesaikan masalah, tetapi juga meningkatkan pelayanan publik dan daya saing daerah.”
Kata-kata itu kini menjadi nyanyian di telinga para ASN. Mereka mulai memandang pekerjaan bukan sebagai rutinitas yang membosankan, tetapi sebagai panggung untuk berkreasi. Mereka mulai melihat setiap tantangan bukan sebagai hambatan, tetapi sebagai peluang melahirkan solusi.
Semangat kebangkitan ini terasa hingga ke masyarakat. Ketika pelayanan kesehatan lebih cepat, pendidikan lebih menarik, dan administrasi desa lebih mudah, warga merasakan bahwa pemerintah mereka sedang bekerja dengan cara yang berbeda. Mereka merasakan bahwa slogan “Jeneponto Bahagia” bukan sekadar visi di atas kertas, tetapi arah nyata yang sedang ditempuh.
Menatap Masa Depan
Perjalanan ini tentu belum selesai. Geliat inovasi di Bumi Turatea masih dalam fase tumbuh, dan setiap pertumbuhan membutuhkan konsistensi. Tantangan akan terus ada: keterbatasan sumber daya, perubahan regulasi, dan resistensi terhadap hal baru. Tetapi, modal terbesar Jeneponto sesungguhnya adalah semangat kolektif untuk berubah.
Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendamping seperti Pattiro Jeka, konsultan, akademisi, dunia usaha, hingga komunitas lokal adalah energi yang harus terus dijaga. Di situlah letak kekuatan Bumi Turatea: bersatu untuk berinovasi.
“Jeneponto mungkin pernah berjalan tertatih, tetapi kini ia sedang berlari. Dan larinya bukan sekadar mengejar ketertinggalan, melainkan untuk menjadi pelopor di jalur yang ia pilih sendiri.” getar suara Bung Oji, Sang Pelopor kolaborasi.
Inovasi sebagai Jalan Bahagia
Bumi Turatea kini bukan hanya tentang sejarah dan tradisi, tetapi juga tentang masa depan yang dibangun dengan ide-ide segar. Setiap inovasi adalah batu bata yang menyusun bangunan besar bernama Jeneponto Bahagia.
Dan suatu hari nanti, saat orang berbicara tentang daerah yang bangkit melalui inovasi, nama Jeneponto akan disebut dengan bangga. Karena di sini, inovasi bukan sekadar kata-ia adalah cara hidup.

Konsultan/Praktisi Inovasi Pelayanan Publik. Kini, sebagai Direktur Bonthain Institute. Untuk keperluan konsultasi inovasi, bisa dihubungi pada nomor kontak: +62 852-9924-7191.
Leave a Reply