Kala itu, matahari belum tinggi, tapi semangat sudah membuncah. Di ruang sederhana yang kadang berfungsi sebagai aula, kadang ruang rapat, saya duduk bersisian dengan para inovator, mereka yang datang dengan ide, harapan, dan kadang kebingungan.
“Saya cuma staf biasa, Pak. Apa bisa ikut kompetisi seperti ini?” ujar seorang pegawai muda dari puskesmas pelosok, wajahnya ragu-ragu.
Saya tersenyum, “Justru dari tangan-tangan seperti itu, perubahan besar bisa dimulai.”
Itulah hari pertama pendampingan. Hari ketika segalanya masih tampak kabur. Namun, dari kabut itulah pelan-pelan muncul kerangka, kemudian nyala. Setiap ide yang awalnya tercekat, akhirnya menemukan jalan. Tak jarang, kami larut dalam diskusi hingga larut malam. Kadang terhenti karena listrik padam. Kadang karena anak-anak mereka menangis di rumah, menunggu.
Ada yang datang membawa presentasi seadanya, ada pula yang hanya membawa niat. Tapi semuanya membawa sesuatu yang tak bisa diajarkan di ruang kelas: keinginan untuk berbuat baik.
Tentu, tidak selalu mulus. Ada momen lelah, bahkan frustrasi. Saat naskah direvisi berulang kali, masih belum juga “pas”. Saat inovasi yang kami anggap kuat, ternyata masih belum “klik” di mata Tim. Ada ketegangan, bahkan keluhan. Tapi di balik itu semua, ada tawa. Ada obrolan hangat di sela istirahat. Ada saling dukung. Ada proses yang membuat kami bukan hanya pendamping dan peserta, tapi jadi teman seperjuangan.
Kini, ketika proses itu usai-entah hasilnya nanti seperti apa, satu hal yang saya yakini: kami semua telah belajar. Tentang kerja keras, tentang kesabaran, tentang bahwa inovasi bukan sekadar proposal, tapi niat tulus untuk memperbaiki pelayanan bagi sesama.
Submit Proposal Telah Usai
“Doa bersama atas ikhtiar yang kami lakukan. Sebelum submit, saatnya doa kami langitkan agar inovasi kami menjadi yang terbaik dan bermanfaat bagi masyarakat”
Sebuah pesan quote di status WA salah seorang tim kreatif inovasi menandai prosesi pengiriman proposal inovasi di daerahnya. Setelah kurang lebih 70 hari para inovator dari berbagai instansi dan pemerintah daerah menyiapkan inovasinya, tibalah batas waktunya mengirim proposal tersebut ke panitia pusat.
Pukul 12.00 Waktu Indonesia Barat pada hari Jumat tanggal 13 Juni 2025 merupakan batas akhir pengiriman proposal inovasi ke Admin Pusat Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) tingkat nasional tahun 2025 via aplikasi bernama SINOVIK. Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik merupakan hajatan tahunan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) .
Sisi lain, pada sebuah daerah, di sisa waktu batas pengiriman, beberapa ASN panitia lokal bergerak cepat dari satu kantor ke kantor lainnya memastikan proposal mereka telah terinput dan siap disubmit. Setengah jam sebelum batas waktu, akhirnya beberapa inovasi berhasil terkirim.
Rupanya, mereka ingin memastikan langsung proses pengiriman dan meminta seorang pejabat daerah mewakili pengiriman ke admin pusat. Sebuah postingan bahagia, diunggah di media sosial merayakan berhasilnya mengirimkan beberapa proposal inovasi mengikuti KIPP Nasional tahun 2025, diiringi doa dan harapan meraih prestasi terbaik. Hari sebelumnya, sejumlah daerah juga melaporkan proses pengiriman dengan berbagai suasana.
Informasi awal, panitia menyampaikan batas waktu ditetapkan tanggal 3 Juni 2025. Dengan alasan tertentu, panitia dari Kemenpan RB merilis perpanjangan waktu pengiriman “submit” hingga tanggal 13 Juni. Durasi waktu tambahan 10 hari memberi kesempatan bagi daerah maupun institusi yang akan mengikuti Kompetisi dapat mempersiapkan diri lebih baik lagi.
Kita semua di Sulawesi Selatan masih bisa berbangga, bahwa di tahun 2025 ini di tengah kondisi efesiensi anggaran, sejumlah daerah masih tetap tegar dan menyiapkan dirinya mengikuti kompetisi. Dengan segala keterbatasannya masing-masing, pemerintah daerah berimprovisasi memfasilitasi inovator dari perangkat daerahnya agar dapat secara bertahap dan konsisten menyiapkan segala persyaratan.
Sejumlah Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan tidak ketinggalan menyiapkan diri. Tanggal 28 April 2025, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui Biro Organisasi dan Tata Laksana memfasilitasi sosialisasi kompetisi yang mengundang seluruh Perangkat Daerah tingkat Provinsi Sulawesi Selatan dan perwakilan Perangkat Daerah kabupaten/kota.
Pada even sosialisasi tersebut, saya didaulat menjadi salah seorang narasumber mewakili Bonthain Institute yang saya pimpin-sebagai mitra pendampingan. Berangkat dari kegiatan tersebut, dimulailah proses-proses komunikasi penjajakan kebutuhan pendampingan bagi perangkat daerah yang berminat mengikuti kompetisi.
Di Ujung Perjuangan Ada Jejak Kebaikan
Tiada waktu yang terlewatkan, pagi, siang, malam hingga dini hari. Pertemuan off line, tatap muka langsung, komunikasi via telepon, chat via WA, asistensi via zoom, hingga ada yang sempat bertanya dalam mimpi. Semua itu telah berlalu, dan tinggal kenangan, mengabadi sebagai jejak kebaikan dan penanda perjuangan.
Puji syukur, akhirnya tahun 2025 ini, walau tidak ada satu pun daerah di Sulawesi Selatan baik itu di tingkat Provinsi maupun kabupaten/kota yang mampu memenuhi kuota peserta. Namun, kita tetap bisa berpartisipasi. Saya mencatat, OPD Pemprov Sulsel mampu mengirim 14 buah proposal inovasi, Kabupaten Bantaeng sebanyak 6 proposal, Kabupaten Jeneponto sebanyak 4 proposal, dan Kabupaten Sinjai sebanyak 5 proposal, dan dari Kota Makassar sebanyak 12 proposal inovasi.
Terima kasih kepada seluruh teman-teman Inovator dan Tim Kreatifnya yang telah berinteraksi dengan kami-yang didaulat sebagai pendamping inovasi. Kita sama-sama saling belajar, berdiskusi menemukan kata dan kalimat yang tepat, berdebat tentang bukti dukung apa yang paling mewakili narasi, menyusun alur hingga pengambilan gambar untuk kebutuhan video, hingga berdoa bersama menandai rasa syukur atas segala niat yang telah diikhtiarkan.
Sekali lagi terima kasih kepada semua inovator yang telah membuka hati dan pikirannya. Yang bersedia didampingi, dikritik, bahkan direpotkan. Terima kasih untuk segala kerja sama dan kepercayaan.
Dan dengan segala kerendahan hati, saya mohon maaf jika selama proses ini ada kekurangan, keterbatasan waktu, atau kata-kata yang tak sengaja melukai. Saya belajar dari setiap interaksi, dan saya percaya, kita semua bertumbuh karenanya.
Inilah cerita kita. Di antara suka dan duka. Di antara ide dan asa. Semoga kelak dikenang bukan hanya karena hasil, tapi karena proses yang kita jalani bersama. Submit proposal telah usai. Mari langitkan doa dengan memasrahkan pada Yang Kuasa, apa pun hasilnya. Jejak kebaikan tetap akan ada.

Konsultan/Praktisi Inovasi Pelayanan Publik. Kini, sebagai Direktur Bonthain Institute. Untuk keperluan konsultasi inovasi, bisa dihubungi pada nomor kontak: +62 852-9924-7191.


Leave a Reply