“Setiap cita-cita tentulah harus diperjuangkan, dan setiap perjungan butuh pengorbanan, maka tidak perlu takut berkorban, karena tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Insyaallah akan selalu ada pembelajaran di baliknya.” Begitulah kata orang bijak.
Berbicara soal inovasi, bukan berarti kami pakarnya, banyak orang yang lebih paham dan menguasainya. Kami baru punya sedikit bahkan mungkin secuil saja, tapi dengan kondisi itu, kami juga terus belajar untuk meningkatkan kapasitas diri, agar kami dapat memenuhi dan menjaga amanah, yang diberikan oleh orang-orang yang percaya atas kemampuan kami.
Anggaplah tulisan ini sebagai upaya kami mendokumentasikan pengalaman pendampingan.
Berawal dari Bendera SASKIA
Ketika Inovasi Bendera SASKIA dari PKM Sinoa Bantaeng meraih prestasi nasional dengan menjadi Top 45 pada Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) tahun 2020, sejumlah kalangan memberikan apresiasi kepada sang Inovator H. Iwan Setiawan yang juga adalah Kepala Puskesmas Sinoa. Di mana sekarang Alhamdulillah telah menempati posisi sebagai Sekretaris Dinas Kesehatan, sebelumnya dipromosikan sebagai Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Bantaeng.
Atas keberhasilan tersebut, Pemerintah Kabupaten Bantaeng memperoleh hadiah dari Kementerian PANRB berupa Dana Insentif Daerah (DID) kurang lebih 7 Miliar rupiah. Hadiah tersebut kemudian dimanfaatkan untuk merehab total Gedung kantor Dinas Kesehatan disulap menjadi Gedung Inovasi yang mentereng dibandingkan kantor instansi pemerintah lainnya di Bantaeng. Hadiah lainnya dipergunakan untuk memperkuat operasional pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas Sinoa.
Meskipun dalam kondisi covid-19 Pemerintah Pusat masih dapat menyelenggarakan acara seremonial penyerahan dan penerimaan hadiah di Jakarta, yang diterima langsung oleh Bupati Bantaeng saat itu, Ilham Azikin, didampingi inovator dan sejumlah pimpinan OPD.
Inilah awal mula ketertarikan Pemerintah Kabupaten Bantaeng merekrut Tenaga Ahli Pendamping Inovasi. Pimpinan daerah mengakui bahwa dengan adanya kolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat, melalui pemberian ruang bagi Organisasi Masyarakat Sipil akan memberi kekuatan lebih dalam menumbuhkembangkan inovasi daerah.
Saya sendiri menyambut baik tawaran tersebut, dengan harapan kembalinya saya ke Bantaeng-kampung halaman di mana saya tumbuh besar dan bersekolah dasar dan menengah, mampu memberikan kontribusi di bidang yang saya sukai dan kuasai.
Modal Pendampingan Kota Makassar
Sebelum mendampingi Bantaeng, saya menempa pengalaman di salah satu lembaga yang banyak bekerjasama dengan funding (donor) dari luar negeri. Di sanalah saya menemukan satu metode pembelajaran inovasi bernama, Metode Design Thinking, yang diperkenalkan oleh UN Pulse Lab dan UNDP.
Kemudian, dengan modal tersebut, saya diperbantukan di Balitbangda Kota Makassar untuk memanage Laboratorium Inovasi yang bernama Labinov Beken (Laboratorium Inovasi Berbasis Kemitraan). Tidak berlangsung lama, Labinov Beken mengikuti kompetisi inovasi tingkat nasional, dikenal dengan nama KIPP Nasional dan berhasil berprestasi masuk Top 45 pada tahun 2018.
Pascaprestasi tersebut Labinov Beken kemudian mulai mengembangkan diri dengan merekrut Tim Pengelola dan Pendamping Inovasi dari Non ASN. Berkat pendampingan tersebut Labinov Beken mengalami kemajuan dalam menumbuhkembangkan inovasi di Kota Makassar dan terus meraih prestasi di tingkat provinsi hingga nasional, bahkan internasional. Bahkan, Labinov Beken di tahun 2024 juga menjadi salah satu dari 5 Terbaik Nasional pada kategori Keberlanjutan di kelompok Kota.
Mengenalkan Metode Design Thinking
Tahun 2019, saat Pandemi Covid-19 menyerang. Saya pulang kampung ke Bantaeng. Melalui lembaga Bonthain Institute yang kami dirikan tahun 2015 bersama Masyarakat Literasi Bantaeng, atas pengaruh Kak Sulhan Yusuf-CEO Boetta Ilmoe-Rumah Pengetahuan, bergeraklah saya memperkenalkan Metode Design Thinking (MDT) ke OPD-OPD, dengan harapan dapat membantu membangkitkan semangat berinovasi ASN Bantaeng.
Tidak mudah memang, apatah lagi metode ini masih sangat baru, dibandingkan metode berinovasi yang diperkenalkan oleh Lembaga Administrasi Negara yaitu 5D (Drum UP, Diagnose, Define, Design, Deliver, Display). MDT memiliki alur tahapan dengan siklus yang terus berulang yaitu Emphatize-Define-Ideate-Prototype-Test. Di mana dalam perkembangannya saya memadukan kedua metode ini dalam proses pendampingan, dan makin moncer saat digabungkan dengan pendampingan literasi dari Kak Sulhan.
Kurang lebih hampir dua tahun, saya malang melintang secara swadaya dalam mempromosikan Metode Design Thinking sebagai sebuah cara praktis berinovasi, dengan memperhatikan dan mengutamakan kebutuhan orang lain/masyarakat.
Keberhasilan Bendera SASKIA meraih prestasi nasional itu di tahun 2020 adalah momentum bagi kami menunjukkan kapasitas. Walau sifatnya sukarela, dan atas permintaan pribadi inovator H. Iwan Setiawan. Alhamdulillah kami dapat mempraktekkan metode tersebut untuk membantu mempersiapkan inovasi Bendera SASKIA mengikuti lomba dengan segala liku-likunya.
Demikianlah selanjutnya dari tahun ke tahun, Pemkab Bantaeng menggunakan jasa kami mendampingi pengembangan inovasi daerah termasuk memfasilitasi mengikuti berbagai kompetisi inovasi.
Beberapa daerah di luar Kabupaten Bantaeng juga mulai tertarik dan mengundang kami, untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang inovasi pelayanan publik, dan Metode Design Thinking Plus selalu menjadi materi utama pembelajaran.
Inovasi sebagai Jalan Kebaikan
Sesungguhnya tujuan berinovasi adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan di institusi, agar mampu memuaskan masyarakat sebagai pengguna layanan. Masyarakat yang puas dan berbahagia atas layanan pemerintah adalah prinsip pelayanan publik.
Sementara itu, keberhasilan meraih prestasi dari inovasi pelayanan tersebut, merupakan bonus dari buah manis perjuangan merawat dan menjaga inovasi, agar tetap berjalan dan memberikan dampak yang signifikan.
Raihan prestasi inovasi daerah Pemerintah Kabupaten Bantaeng pada tahun 2024 ini, tentulah tidak dicapai dengan instan. Prosesnya telah dimulai sejak pemerintahan di bawah kepemimpinan Ilham Syah Azikin, selaku Bupati Bantaeng, periode 2018-2023, yang menekankan pada pilihan pembangunan berorientasi sumber daya manusia (SDM).
Inovasi didorong agar lahir dan tumbuh dari bawah-atas kesadaran ASN itu sendiri. Satu gerakan digagasnya yang diberi nama, One Agent Three Innovation. Inovasi adalah jalan kebaikan, cara berbahagia bersama dalam mengisi dan menikmati pembangunan.
Sementara kepemimpinan sebelumnya, Nurdin Abdullah, memilih piroritas pembangunan infrastruktur, sesuai kondisi dan kebutuhan daerah saat itu. Kemudian saat menjabat Gubernur SulSel, beliau mencanangkan gerakan, One Agent One Innovation.
Keduanya saling melengkapi kebutuhan pembangunan pemerintahan dan kemasyarakatan di Bantaeng.
Kata Andi Abubakar, Pj Bupati Bantaeng saat ini, “Bantaeng pantas bangga dan patut bersyukur pernah dipimpin oleh mereka yang telah mendedikasikan dirinya membangun Bantaeng yang kini semakin maju dan berprestasi.”
Bila demikian adanya, maka inovasi adalah cara cepat untuk membangun daerah. Kepemimpinan yang kuat merupakan sumber penggerak perubahan.
Saat ini, selaku yang dipercaya oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng sebagai Tenaga Ahli Pendamping Inovasi daerah, bersama Kak Sulhan Yusuf (Pegiat Literasi), turut berbahagia atas pencapaian itu.
Hal ini sesuai dengan motto pendampingan kami, Innovation for happiness. Bahwa melalui inovasi, kita dapat memberikan kebermanfaatan kepada orang lain, dan beruntunglah orang-orang yang senantiasa memberikan kebermanfaatan dan berbuat kebaikan.
Kebaikan adalah sumber kebahagiaan, dan inovasi merupakan salah satu jalan kebahagiaan itu. Namun, bagaimana Anda bisa membagi kebahagiaan sementara Anda sendiri tidak berbahagia. Maka prinsip berinovasi adalah berbagi kebaikan sebagai jalan mencicil kebahagiaan.
Mari tetap menjaga akal sehat, agar kebaikan terus berlanjut dan kebahagiaan tetap membersamai!

Konsultan/Praktisi Inovasi Pelayanan Publik. Kini, sebagai Direktur Bonthain Institute. Untuk keperluan konsultasi inovasi, bisa dihubungi pada nomor kontak: +62 852-9924-7191.


Leave a Reply