Penyakit Sejuta Umat (2)

Pada tulisan sebelumnya, berjudul, “Penyakit Sejuta Umat (1)”, saya sudah mengulas tentang istilah terkait asam lambung, under acid dan over acid. Termasuk penyakit yang ditimbulkan, yaitu Maag, sang penyakit sejuta umat. Saya pun “alumni” penderita maag dan sinusitis. Juga saya sudah mengulas penolakan atas penyebab naiknya asam lambung, karena makanan dan minuman plus terlambat makan.

Kalau begitu, apa yang menjadi penyebab naiknya asam lambung? Berdasarkan penelitian,  penyebab  naiknya asam lambung, karena kurang bergerak dan stress.  Mari sahabat holisti, kita bahas satu per satu.

Pertama, karena kurang bergerak. Pada sistem proses pencernaan,  ada yang disebut dengan gerakan paristaltik di usus. Gerakan paristaltik ini sangat bermanfaat, untuk maksimalnya proses cerna atas makanan dan minuman yang masuk ke tubuh kita, dengan syarat kita tidak dalam keadaan diam apalagi berbaring, apalagi tidur setelah makan.

Sebetulnya, asam lambung kita cukup untuk membantu proses cerna, tetapi karena tidak terjadi gerakan paristaltik di usus, maka tubuh menaikkan produksi asam lambung, supaya proses cerna tetap bisa berjalan dengan baik.

Proses cerna memang berjalan,  tetapi asam lambung juga naik. Karena itu, kalaupun harus tidur setelah makan, sebaiknya setelah satu jam. Jika setiap selesai makan kemudian selalu mengantuk,  coba cek jenis makanan yang dikonsumsi, sebab bisa jadi karbonya lebih dominan.

Kedua, karena stress. Di saat stress , asam lambung diproduksi massal oleh tubuh. Pada kondisi ini, asam lambung diproduksi melebihi dari kebutuhan. Bukan hanya itu, saat stress,  tubuh juga memproduksi hormon noradrenalin yang sangat berbahaya bagi sel sel di tubuh kita. PH tubuh kita menjadi asam dan sel sel akan menjadi rusak, kemudian mati dan tidak akan bisa terjadi regenerasi sel.

Kondisi seperti ini akan mengakibatkan penyakit yang lazim disebut dengan penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, sirosis hati dan semacamnya. Sangat berbahaya bukan? Atas dasar itulah,  saya mau berbagi tips atau terapi, supaya terhindar, sekaligus menjadi obat di saat stress.  Sehingga kita jauh dari berbagai macam penyakit, termasuk naiknya asam lambung (maag, gerd, gastritis,  sinusitis dll).

Berikutnya, ada beberapa langkah agar terhindar dari stress. Pertama, menerima. Semuanya hanyalah kondisi saja yang bersifat netral. Cara pandanglah yang akan membuat kondisi yang netral tersebut berubah.

Jika cara pandang negatif, maka akan berakibat masalah, dan jika cara pandang positif, justru itu menjadi anugerah. Contoh: Hujan, ia hanyalah sebuah kondisi yang bersifat netral. Tapi karena cara pandang yang negatif, maka hujan tersebut menjadi masalah. Hujan bisa dianggap sebagai penghalang aktifitas, jemuran tidak kering dan semacamnya.

Namun, jika dilihat sebagai sesuatu yang positif, maka hujan itu adalah anugerah. Misalnya, tanaman semakin subur, cuaca menjadi lebih adem, jalanan tidak berdebu,  atap rumah menjadi lebih bersih dan lain sebagainya.

Konsep menerima, secara sederhana dimaknai sebagai tidak mempersoalkan. Sayangnya, jangankan yang kurang baik, yang baik sekalipun kita gemar mempermasalahkan. Buktinya, saat ada orang berbuat baik pada kita, maka dipersoalkan dengan pernyataan, “Pasti ada maunya.” Jadi, masalah sebetulnya hanya ada di pikiran, bukan kenyataan.

Kedua, menjalani kondisi.  Ada dua hal yang sangat penting saat menjalani sebuah kondisi,  yaitu (a) Istigfar. Untuk konteks ini bukan dalam rangka pertobatan, melainkan bertujuan untuk mengendalikan sekaligus memblokir lajunya pikiran negatif kita.

Selama ini, pikiran negatif kita betul betul bebas tidak terkendali. Bercabang dan beranak pinak, sebab tidak ada yang mengeremnya. Dengan istighfar, pikiran negatif akan terkendali, dan tidak leluasa untuk berkembang. Kondisi seperti ini biasa juga diistilahkan dengan mindfullness, yaitu sadar secara utuh.

(b) Senyuman. Ada banyak manfaat senyuman. Di antaranya, menggeser suasana hati (emosi negatif) akibat pikiran yang negatif. Dengan tersenyum, maka tubuh akan menunda produksi hormon kortisol,  di mana hormon ini adalah pemicu stress. Jadi, bagemana mungkin bisa stress, manakala hormonnya tidak ada. Iya bukan?

Sehingga,  jikalau ada yang mengganggu di pikiran,  segera istigfar, agar pikiran negatif tersebut tidak berlanjut. Setelah itu, senyumi kondisi tersebut. Jikalau ada orang yang sering mengganggu ketenangan sahabat holistik, segeralah beristighfar dan bayangkan orang tersebut, kemudian senyumi.

(c) Bersyukur. Rasa syukur bisa dipercepat dengan membandingkan antara kita dengan orang lain. Bahwa sebetulnya, kita masih jauh lebih beruntung dibandingkan orang lain. Seorang pegawai yang mengeluh karena pekerjaan di kantor, bisa membandingkan dengan pekerja yang berada di bawah terik matahari. Belum lagi masih banyaknya orang yang belum punya pekerjaan.

Begitu pun orang tua yang mengeluh akibat kenakalan anaknya, seharusnya bersyukur, bahwa ada banyak orang yang mau anak, tapi belum dianugerahi anak. Juga mahasiswa yang stress karena tugas kuliah, semestinya lebih bersyukur, karena banyak seusianya yang mau kuliah tapi tidak bisa kuliah. Intinya, selalu merasa beruntung dan beruntung. Bukankah hukum energi menarik yang sejenis. Jkalau selalu merasa beruntung, maka yang datang adalah keberuntungan. Atau pun sebaliknya.

(d) Bersabar. Sikap dan sifat sabar akan lahir dengan sendirinya ketika rasa syukur itu sudah ada. Sambil menanti pengharapan sesuai kenyataan, sabar menjadi sesuatu yang dibutuhkan. Sabar merupakan hasil dari rasa syukur dan menjalani sebuah kondisi yang lebih baik, dan kesemuanya itu bermula dari sikap menerima. Karena itu, orang yang kena musibah tidak cocok untuk langsung disuruh bersabar.

Demikian pula orang yang sedang sakit, termasuk sakit gigi, kemudian disuruh bersabar, maka ia akan menjawab, “Enak saja kamu bilang begitu, sabar..sabar.. bukannya ji itu kau yang rasakan.” Pernah berada pada kondisi seperti itu?

Sahabat holistik, saya mengajak semuanya, untuk melatih sikap menerima, agar terhindar dari sikap reaktif penuh gejolak, yang akan bisa membuat asam lambung menjadi naik. Bahwa sesungguhnya, semuanya hanyalah kondisi saja yang bersifat netral,  dan cara pandanglah yang akan membuat kondisi netral tersebut, berubah menjadi masalah atau justru anugerah.

Kredit gambar: KabarBanten.com


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *