Masih terkagum-kagum dengan Cairo International Book Fair (CIBF). Pameran buku internasional terbesar pertama di benua Afrika dan terbesar kedua di dunia setelah Jerman. Pameran buku ke-55 ini, berlangsung 24 Januari-5 Februari 2024. Bertempat di Egypt International Exhibition Center (EIEC), Tajammu Khamis, Cairo.
Di CIBF ini berkumpul ratusan percetakan, penerbit, dan distributor buku atau kitab, baik dari dalam Mesir maupun luar Mesir, khususnya kawasan Timur Tengah. Al-Azhar Al-Sharif sebagai instansi keilmuan Islam, pun tidak absen mengisi stand di CIBF. Dan, saya sebagai penuntut ilmu di lembaga tersebut, tentu tidak mau luput untuk memerhatikan apa saja yang dipamerkannya.
Dan, ya, mengagumkan! Stand Al-Azhar memiliki banyak ruang. Dari depan tengah kita disambut dengan papan nama yang ikonik. Depan kanan ada ruang fatwa bagi siapa pun yang ini berkonsultasi dan meminta fatwa kepada para ulama, seputar permasalahan atau pertanyaan yang membuat gundah dalam kehidupan sehari-hari.
Depan kiri ada tempat membeli buku atau kitab-kitabnya. Kitab-kitab yang dijual adalah terbitan lembaga-lembaga naungan Azhar, seperti Majma’ Buhuts Al-Islamiyyah (Pusat Penelitian Islam), Hayah Kibar Ulama’ (Dewan Ulama Senior), Markaz Al-Tarjamah (Pusat Penerjemahan), Markaz Ta’lim Al-Thullab Al-Wafidin (Pusat Pengajaran Pelajar Asing), Maktab Ihya’ Al-Tutats (Lembaga Turats Islam). Tentunya murah meriah, berbanding jauh dengan maktabah (toko kitab) lainnya.
Di tengah ada ruang luas yang diisi dengan televisi, sebagai media perkenalan dan sedikit lukisan. Di samping kanan, ada ruangan panorama sebagai tempat diadakannya nadwah (seminar) dan panggung penampilan rutin, yang dipelopori oleh Markaz I’lam (Pusat Media dan Informasi).
Selanjutnya, berjejer bagian-bagian lain. Jamiah Al-Azhar (Univeristas Al-Azhar) menurut hemat saya, telah memamerkan diktat kuliah beserta kitab rujukannya, Markaz Al-Ta’lim Al-Thullab Al-Wafidin (Pusat Pengajaran Pelajar Asing). Pun, memamerkan karya-karya pelajar asing.
Pojok kanan belakang, ada ruangan Kibar Al-Zuwar (tempat berkunjungnya orang-orang besar), bisa diartikan sebagai tempat persinggahan para narasumber yang akan mengisi seminar atau kantor VIP.
Di tengah belakang, ada Mathaf Al-Makhthuthath (Museum Filologi). Ke arah kiri, terdapat bagian untuk pelajar ma’had-nya dan ruang melukis. Kiri belakang ada Ruknul Al-Thifl (ruangan untuk anak anak) yang menyediakan permainan, pelatihan, dan majalah Noor (majalah untuk anak-anak milik Al-Azhar).
Bagian kiri samping, tampak dinding yang menampilkan lukisan tokoh yang diangkat pada pameran kitab tahun ini di stand Al-Azhar. Tahun ini yang menjadi sosok sorotan ialah Syekh Mahmud Hamdy Zaqzouq –rahimahullah– seorang filsuf tersohor.
Sebagai penegasan, semua dinding dipenuhi dengan berbagai lukisan. Tahun 2024 ini bertemakan “Palestina”. Dan ruangan tengah diisi dengan berbagai kegiatan, seperti pembuatan robot, pembuatan karya dari tanah liat, dan sebagainya.
Seorang kawan, Nurhary Zubaida, menggunggah di akun medsosnya, menabalkan series buku terbaru yang dikeluarkan Al-Azhar tahun ini di CIBF (Cairo International Book Fair), berjudul al-Athfal Yasalun al-Imam, Anak-anak bertanya kepada Imam Akbar Syekh Ahmad Thayeb
Lebih jauh Nurhary menuliskan, bahwa anak-anak yang suci nan polos, sering melontarkan pertanyaan sederhana, yang tidak mudah bagi orang dewasa menjelaskan kepadanya dengan sederhana juga, di buku ini beberapa jawaban disajikan secara epik, yang mungkin bisa sedikit membantu para orang dewasa dalam menjawab pertanyaan mereka.
“Di mana Allah?”
Seringkali orang dewasa menjawab dengan jawaban kurang tepat, seperti “Allah ada di hatimu, Allah ada di langit, atau nanti kita pergi ke rumah Allah (baitullah)” yang justru memberi imajinasi kurang baik dalam memori anak. Maka sebaiknya dijawab dengan:
Allah Swt ada, Dia tidak dibatasi dengan waktu maupun tempat, karena Dia-lah penciptanya, dan tidak membutuhkan dua hal tersebut.
Karena jika tidak begitu, semisal Allah bergantung pada suatu tempat, maka di mana Allah sebelum menciptakan sebuah tempat (seperti dunia maupun akhirat)?
Maka keberadaan-Nya tidak bergantung pada suatu tempat, karena yang membutuhkan suatu tempat hanyalah benda ataupun materi, dan Allah bukanlah keduanya
Allah Swt tidak bisa diketahui dengan indera, dan Allah berbeda dengan segala sesuatu yang terbesit atau terlintas dalam hati kita, maka dari itu, Sayyidina Ibnu Abbas Ra berkata, “Bertafakkurlah secara mendalam tentang segala sesuatu, tapi jangan sekalipun engkau bertafakkur terlalu dalam tentang (hakikat keberadaan) Allah.”
Akhirnya, saya semakin yakin, bahwa Al-Azhar adalah institusi yang betul-betul memberikan perhatian kepada ummat manusia secara umum dan umat Islam secara khusus. Inilah usaha-usaha Al-Azhar dalam menanamkan nilai-nilai Islam pada anak, usaha dalam menjaga warisan-warisan ulama terdahulu, usaha dalam menyebarkan dakwah Islam yang wasathiyah dengan damai.
Al-Azhar peduli terhadap kehidupan individu umat Islam, agar mereka mampu menjalankan kehidupan sesuai dengan syariat dan akidah yang benar. Al-Azhar membantah isu-isu yang menyerang Islam. Al-Azhar melek dan bersuara tentang hak-hak kemanusiaan.

Seorang petandang kehidupan yang saat ini menuntut ilmu di negeri Anbia dan Aulia, Kairo-Mesir.
Leave a Reply