Pada tulisan saya sebelumnya di media ini, berjudul, “Kesehatan Holistik”, saya sudah dedahkan bahwa kesehatan holistik dalam penanganannya, selalu mengacu kepada akar masalah atau penyebab terjadinya sebuah penyakit, causal therapy dan bukan berdasarkan gejala yang tampak atau dirasakan, syimtomic therapy.
Jika penanganannya mengacu pada gejala yang dirasakan, symptomic therapy, maka di samping tidak akan tepat sasaran, boleh jadi juga akan minum banyak jenis obat. Misalnya, tiga gejala yang dirasakan , maka obat yang diminum pun terdapat tiga jenis, bahkan bisa lebih dari itu, manakala gejalanya bertambah lagi. Belum lagi jikalau obat tersebut memiliki efek samping, seperti anti nyeri yang berefek pada lambung. Sehingga penderita yang minum anti nyeri dan punya riwayat asam lambung, juga harus minum obat asam lambung, sekalipun saat itu tidak sedang merasakan naiknya asam lambung. Sungguh disayangkan.
Contoh lain dari penanganan symptomic therapy, sekadar menurunkan angka-angka, seperti pada penderita hipertensi, kolesterol, diabetes, dan semacamnya. Sehingga terjadi ketergantungan akan obat. Sebab, jika tidak minum obat, maka angka-angka tersebut akan naik lagi. Capek deh jadinya.
Kondisi seperti ini sudah menjadi tradisi pengobatan medis moderen. Sampai kapan minum obat? Sampai bosan? Sampai frustasi? Sampai ada lagi gejala baru akibat efek samping obat?
Situasi semisal di atas, sebetulnya sangat bisa dihindari, jikalau mau membuka diri, hati, dan pikiran, bahwa pengobatan medis bukan satu-satunya metode pengobatan atas penyakit yang diderita.
Lalu bagaimana solusinya? Insyaallah, sistem pengobatan holistik bisa menjadi solusinya. Pengobatan holistik yang menganut causal therapy, berupaya untuk selalu melihat akar penyebab sebuah penyakit. Dan, berdasarkan penelitian , 90% penyakit disebabkan oleh psikis. Karena itu, psikis menjadi sesuatu yang sangat penting dan menentukan kesehatan seseorang.
Sebetulnya, sebelum hasil penelitian mengemuka, jauh sebelumnya, Rasulullah Muhammad saw, sudah lebih awal menginformasikan hal tersebut melalui haditsnya yang sangat masyhur, “Ada segumpal daging pada diri manusia, yang kalau itu baik maka baiklah segalanya, dan kalau itu buruk, maka buruk pula segalanya, yaitu hati.”
Sayangnya, pernyataan Rasulullah Muhammad saw ini, tidak menjadi rujukan sistem kesehatan moderen, termasuk di Indonesia. Sehingga, wajarlah kalau semakin banyak orang sakit dan semakin jauh dari harapan untuk sembuh. Yang dilakukan hanyalah mengobati dan bukan mengatasi.
Terkait dengan maksud hadits di atas, terdapat perbedaan pendapat. Ada yang berargumen bahwa yang dimaksud adalah jantung dan bukan hati. Dengan segala keterbatasan, saya berpendapat bahwa yang dimaksud adalah hati, baik hati rohani maupun hati jasmani (liver). Apatah lagi hasil penelitian membuktikan, hati memiliki lebih dari 500 fungsi, sementara jantung hanya satu fungsi: memompa darah.
Sebagai terapis kesehatan holistik, saya sudah membuktikan kebenaran penelitian tersebut, bahwa 90% penyakit disebabkan oleh psikis, sekaligus semakin yakin dengan kebenaran pernyataan Rasulullah Muhammad saw.
Penyakit-penyakit yang sering disebut dengan istilah penyakit degeneratif seperti jantung, stroke, diabetes, hipertensi, dan semacamnya, itu disebabkan oleh psikis. Orang yang menderita hipertensi, hampir dipastikan orang tersebut sering marah-marah. Sehingga, obatnya adalah stop marah-marah, perbanyak senyuman dan bukan dengan minum amlodypin dan captopryl seumur hidup.
Begitu pun penderita diabetes, disebabkan karena sering marah-marah, plus suka mendominasi dan suka mengontrol. Obatnya adalah adalah stop marah-marah, perbanyak senyuman, menghargai orang lain, dan belajar mendelegasikan sesuatu. Bukan dengan metmorphin dan suntik insulin seumur hidup.
Demikian juga dengan penyakit lainnya, termasuk naiknya asam lambung yang disebabkan oleh stres. Maka obatnya adalah hindari stress, perbanyak senyuman dan bukan dengan minum antacida plus berpantang makanan tertentu.
Oh iya? Mungkin orang tidak percaya, bahwa merasa sepi, butuh akan cinta dan perhatian, merupakan pemicu gangguan pada jantung. Begitu pula orang yang larut dengan kesedihan, akan menyebabkan gangguan pada paru-paru. Yang menderita vertigo, itu disebabkan karena menolak realitas atau kenyataan.
Tentu saja, tulisan kali ini tidak akan cukup ruang untuk mengulas secara keseluruhan jenis penyakit, termasuk penyebabnya terkait psikis. Pastinya, hasil penelitian tersebut saya sudah buktikan kebenarannya, sekaligus menjadi acuan terapinya.
Alhamdulillah. Semua atas izin dan kehendak Allah Swt, sudah tak terhitung jumlahnya pasien saya yang menyatakan, “Selamat tinggal obat, baik kimia maupun herbal dan sudah bisa makan semuanya.” Vonis tidak bisa lagi sembuh dan minum obat seumur hidup serta berpantang makanan tertentu adalah masa lalu. Mereka sekarang hidup dan menjalani kehidupan dengan lebih berkualitas, tanpa ada lagi keluhan, penuh harapan dan sangat jauh dari keputusasaan. Mereka menjadi semakin bahagia.
Bagi Anda yang divonis, “Minum obat seumur hidup, tidak bisa lagi sembuh, tidak ada obatnya,” saatnya move on. Tinggalkan vonis-vonis seperti itu, yakinlah bahwa selalu ada jalan. Saya sungguh berharap bisa menjadi bagian dari kebahagiaan, kesembuhan dan kesehatan Anda. Sebab, ada solusi menuju dan meraih hidup yang berkualitas.

Seorang terapis. Bergiat di Sekolah dan Terapi Pammase Puang Holistik Center Makassar. Dapat dihubungi pada 085357706699.
Leave a Reply